Astra Life, Bayar Sesuai Tagihan, Cashless pun Bisa di ilovelife.co.id



Kalau biasanya sandwich itu jadi menu yang enak buat sarapan, sandwich yang ini mungkin rasanya tidak selezat yang dimakan bersama saus mayonaise.

Yes, itulah sandwich generation. Istilah ini diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller dalam jurnalnya The 'sandwich' Generation: adult children of the aging (1981), yang merujuk pada generasi orang dewasa yang menanggung hidup 3 generasi, yaitu; orang tua - diri sendiri - anak.

Dalam analogi sandwich, roti diibaratkan sebagai orang tua (generasi atas), dan anak (generasi bawah), sementara orang dewasa yang menanggung (diri sendiri) ada di tengah-tengah.

Saya kenal banyak sekali teman sepantaran yang berada pada situasi ini, termasuk suami saya sendiri. Rata-rata mereka ada di rentang usia 30-45 tahun, dengan posisi karir pertengahan tapi sudah cukup mapan, dan anak-anaknya masih di usia sekolah yang membutuhkan banyak biaya. 

Tidak semua dari mereka langsung menanggung keluarga atas-bawah sejak dapat gaji pertama kali, sih. Tapi ada juga yang sudah hidup nyaman dengan satu tanggungan tiba-tiba menjadi tumpuan keluarga.

Dalam case study suami saya, bapak mertua mengajukan pensiun dini supaya dapat pesangon untuk membiayai kuliah anaknya. Otomatis setelah suami lulus, dikejar harus segera bekerja, dong, dan secara legowo ya menyisihkan gaji pertama (dan seterusnya) untuk kehidupan orang tuanya. Untungnya bapak dan ibu mertua pintar berdagang dan banyak bisanya, jadi meski tidak berlimpah, ada saja penghasilan tambahan untuk menopang biaya hidup sehari-hari.

Lain lagi dengan teman kuliah saya yang PNS di pemerintah daerah. Secara kasat mata gajinya cukup, dan dia pun sempat kuliah S2 dibiayai orang tuanya. Tapi tak lama setelah dia diangkat jadi PNS, ayahnya meninggal karena serangan jantung, meninggalkan ibu dan dua orang adiknya yang masih kuliah dan SMA.

Dalam kekalutan karena ditinggal mendadak, teman saya baru tahu kalau ayahnya juga punya utang usaha dan utang pajak. Sebagai seorang pengusaha yang sibuk, ayah teman saya ini tidak terlalu terbuka soal kondisi finansial pada keluarga. Bisa jadi karena sifat alamiah orang tua yang tidak menginginkan anaknya ikut susah memikirkan masalah hidup.

Dampaknya, teman saya yang selama ini cukup stabil menghidupi keluarga kecilnya dengan 2 anak, tiba-tiba oleng karena tanggungan bertambah yang tidak diperhitungkan sebelumnya. Bersyukur masih ada rumah warisan yang bisa ditinggali, hingga teman saya sekeluarga pindah ke rumah orang tuanya demi menghemat pengeluaran. Namun untuk beberapa tahun ke depan, teman saya harus pintar memutar tabungan warisan agar jadi aset yang produktif untuk membiayai studi adik-adiknya dan membayar utang-utang ayahnya.

Enggak perlu diceritakan semua, tapi kondisi seperti ini jamak adanya di lingkungan saya. Dengan ini pun saya banyak belajar dari mereka bagaimana menghadapi situasi yang mungkin tidak dikehendaki tapi dibuat plot twist sebagai langkah strategis memperbaiki keuangan dan berkah berbakti kepada orang tua.

Lihat saja si Uda, teman saya dari pulau seberang yang dalam tradisi keluarganya, orang yang sukses ikut menanggung kebutuhan saudara di luar keluarga inti. Tidak hanya anak dan orang tua, tapi juga nenek-kakek, adik-kakak, dan keponakan.

Sejujurnya saya salut dengan rasa tanggung jawab yang dipikul para sandwich gen ini. Meski sering dikatakan bahwa adanya sandwich gen itu akibat kegagalan generasi sebelumnya dalam financial planning, tentu bukan waktunya menyalahkan siapa-siapa. Selayaknya, orang yang berada di level "daging yang di tengah" menyikapi kondisi ini bukan pakai konsep hitung-hitungan dan sistem utang budi, tapi justru mengambil hikmah dan belajar memperbaiki kondisi diri.

Kategori Sandwich Generation

Carol Abaya, seorang Aging and Elder Care Expert mengategorikan generasi sandwich menjadi tiga ciri berdasarkan perannya:

1. The Traditional Sandwich Generation


Orang dewasa berusia 40 hingga 50 tahun yang dihimpit oleh beban orang tua berusia lanjut dan anak-anak yang masih membutuhkan finansial.

2. The Club Sandwich Generation


Orang dewasa berusia 30 hingga 60 tahun yang dihimpit oleh beban orang tua, anak, cucu (jika sudah punya), dan atau nenek kakek (jika masih hidup).

3. The Open Faced Sandwich Generation


Siapa pun yang terlibat dalam pengasuhan orang lanjut usia, namun bukan merupakan pekerjaan profesionalnya termasuk ke dalam kategori ini.

Nah, kelihatan ya dari contoh-contoh kasus di lingkungan saya, masuk ke dalam kategori sandwich gen mana sajakah mereka. Sikap kita pun terhadap generasi atas tentu berbeda treatment-nya pada generasi bawah. Jika kita memegang keyakinan bahwa ini adalah bagian dari bakti pada orang tua, maka terhadap anak kita tidak akan menuntut hal yang sama.

Untuk itu, selain fokus pada bekerja keras, sangat penting untuk mendidik diri sendiri bagaimana caranya memutus mata rantai generasi sandwich ini.

Camkan pada diri sendiri bahwa rantai ini cukup sampai saya saja, sehingga anak saya kelak tidak perlu menanggung beban hidup saya.

Strategi Memutus Rantai Generasi Sandwich

Memutus rantai generasi sandwich bukanlah hal yang mudah, terlebih selalu ada hal-hal di luar dugaan terjadi dalam hidup. Namun, di zaman ini kita beruntung karena kondisi ini tidak hanya diterima begitu saja tapi juga disadari, dan dipelajari.

Lakukan langkah-langkah strategis ini supaya generasi kita ke bawah terhindar dari himpitan roti lapis dan memiliki perencanaan finansial yang aman untuk membahagiakan orang-orang yang kita sayangi.

Strategi memutus rantai sandwich generation

1. Persiapan Dana Pensiun

Ada banyak lembaga dana pensiun yang siap mengelola produk Dana Pensiun berupa sejumlah uang yang dibayarkan kepada pesertanya setelah peserta tersebut pensiun.

Fungsi Dana Pensiun antara lain:
1. Mengumpulkan iuran
2. Mengembangkan atau menginvestasikan uang yang dikelolanya
3. Membayarkan manfaat pensiun sesuai aturan dan hak masing-masing pesertanya

Buat yang PNS, ada PT Taspen yang mengelola dana pensiun. Buat TNI, Polri, dan PNS Kemenhankam ada PT Asabri yang mengurusnya. Nah buat yang kerja di sektor swasta, ada BPJS Ketenagakerjaan yang sifat kepesertaannya saat ini wajib. Namun jika ingin punya alternatif lain, kita bisa membuat Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) di bank atau perusahaan asuransi.

Sistem dana pensiun ini sangat jelas, yakni kita membayar sejumlah uang yang sudah ditetapkan secara rutin dan hanya bisa diambil ketika memasuki usia pensiun.

Setidaknya, dengan adanya dana pensiun ini kita punya pegangan saat tua nanti dan tidak perlu menumpang biaya hidup dari anak-anak kita.

2. Punya Tabungan Rencana

Bedanya tabungan biasa dengan tabungan rencana ada pada kedisiplinan dalam menyetorkan uang secara rutin. Dengan tabungan rencana, kita bisa memperkirakan akan punya dana sampai berapa di ujung periode tabungan.

Tabungan rencana juga punya fasilitas auto debit dari rekening sumber sehingga mengurangi kesempatan habis untuk biaya konsumtif.

Tabungan rencana juga biasanya disertai polis asuransi jiwa yang memungkinkan dana tabungan akan diberikan pada ahli waris yang ditentukan di awal perjanjian.

3. Atur Gaya Hidup

Belajar menentukan prioritas dalam pengeluaran keuangan. Gaya hidup bisa saja relatif, tapi biaya hidup akan menimpa semua orang meski ada di level yang berbeda.

Ketika kita sudah tidak muda lagi, perlahan-lahan kita akan menyadari bahwa tidak semua hal harus dilakukan. Jika tidak perlu, maka eliminasi saja beberapa hal dari daftar to-do apalagi sekadar want-to-do. Coba, cek lagi wishlist-nya, pasti banyak tuh yang nggak penting-penting amat :D

4. Miliki asuransi kesehatan

Berkaca pada kasus teman yang PNS tadi, membuat saya menyadari bahwa health is the first wealth. Karena kita menyayangi orang-orang terdekat, makin ingin bisa lebih lama bersama dengan mereka. Ingin lihat anak menikah, ingin lihat cucu-cucu yang lucu, atau yang paling dekat untuk saya, ingin masih bugar dan sehat ketika mendampingi anak wisuda lulus kuliah.

Dengan memiliki asuransi kesehatan, setidaknya kita akan lebih aware dan perhatian terhadap kesehatan diri. Adanya jaminan kesehatan untuk rawat inap, rawat jalan, pengobatan gigi, penggantian kacamata, melahirkan, dan lain-lain membuat kita merasa secure, dan memperpanjang harapan hidup. 

Flexi Hospital & Surgical Protection (Flexi Hospital & Surgical) 

Setelah menyadari pentingnya memiliki asuransi kesehatan dalam upaya memutus rantai generasi sandwich, mari berkenalan dengan Flexi Hospital & Surgical Protection (Flexi Hospital&Surgical). 

Flexi Hospital&Surgical adalah produk asuransi kesehatan dari #AstraLife dengan premi terjangkau yang memiliki manfaat berupa penggantian biaya perawatan di rumah sakit di Indonesia secara cashless. 




Keunggulan Fitur Cashless Flexi Hospital&Surgical 

Flexi Hospital & Surgical Protection adalah asuransi kesehatan keluarga dengan fasilitas cashless. Fasilitas cashless dapat dilakukan dengan menunjukkan Kartu Peserta Elektronik atau e-card yang dapat digunakan di beberapa rumah sakit rekanan terbaik yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. 

Nantinya, tagihan rumah sakit akan langsung otomatis dibayarkan oleh asuransi. Fitur cashless ini memudahkan dalam mendapatkan layanan kesehatan yang cepat, dapat mengurangi lamanya proses pendaftaran, dan tentunya mempercepat proses pembayaran administrasi di rumah sakit. Secara  keseluruhan, fasilitas cashless ini akan memudahkan dan menyederhanakan proses yang harus dilalui di rumah sakit.

Keunggulan lain dari fitur cashless Flexi Hospital&Surgical antara lain; 

  • Penggantian biaya perawatan lengkap di Indonesia di rumah sakit dengan pembayaran manfaat sesuai tagihan;
  • Penggantian biaya rawat jalan kanker (radioterapi dan kemoterapi) dan cuci darah;
  • Penggantian biaya fisioterapi termasuk Terapi Okupasi dan Terapi Wicara;
  • Penggantian biaya rawat jalan darurat;
  • Fasilitas cashless dengan e-card di rumah sakit rekanan di Indonesia

Manfaat Flexi Hospital & Surgical 

Salah satu manfaat yang didapatkan dari Flexi Hospital&Surgical adalah pembayaran sesuai tagihan untuk biaya pembedahan, kunjungan dokter, aneka perawatan rumah sakit, manfaat kamar dan akomodasi untuk rawat inap hingga Rp2 juta per hari. Bahkan, dengan premi yang terjangkau, peserta dapat free Medical Check-Up setiap 2 tahun sekali tanpa cek medis (mengacu pada ketentuan produk). 

Juga para peserta akan mendapatkan manfaat-manfaat berikut: 

  • Kamar & Akomodasi
  • Kamar Perawatan Intensif
  • Biaya Pembedahan
  • Kunjungan Dokter (Umum & Spesialis)
  • Aneka Perawatan Rumah Sakit
  • Santunan Tunai Harian (BPJS Kesehatan)
  • Biaya Ambulans (Darat)
  • Perawatan Sebelum Rawat Inap
  • Perawatan Sesudah Rawat Inap
  • Fisioterapi
  • Rawat Jalan Darurat
  • Rawat Jalan Gigi Darurat
  • Perawatan Kanker Rawat Jalan (radioterapi dan kemoterapi)
  • Perawatan Cuci Darah/Dialisis

Premi Asuransi Flexi Hospital&Surgical 

Mulai dari pembayaran premi Rp1.171.000 per tahun, kita bisa mendapatkan perlindungan terbaik saat harus menjalani perawatan atau fisioterapi di rumah sakit. 

Menarik sekali bahwa untuk menghitung premi yang sesuai dengan kebutuhan, kita bisa hitung sendiri pakai kalkulator yang tersedia di ilovelife.co.id. Saya sudah coba isi dengan plafon minimum dan terkejut dengan premi terjangkau, tapi manfaatnya begitu banyak dan akan dibayarkan sesuai tagihan. 

Yuk cobain deh! 





Cukup 144.700 rupiah per bulan, dengan limit 50 juta per tahun, saya bisa mendapat manfaat kamar seharga 300 ribu, perawatan intensif sampai 600 ribu, dan biaya perawatan medis lainnya yang dibayarkan sesuai tagihan. 

Itu kalau di situsnya, kolom sebelah kanan bisa di-scroll ke bawah untuk tahu kita bisa mendapatkan fasilitas apa saja dari Flexi Hospital&Surgical ini. Cukup isi formulir pendaftaran yang tidak sampai 10 menit jadi. #LoveLife sangat menarik! 

Cara Klaim Flexi Hospital&Surgical 


Setelah pendaftaran polis, e-card akan dikirimkan ke e-mail maksimal H+2 setelah pembelian polis. 

Setelah menerima e-Card:
  • Tunjukan e-Card ke petugas pendaftaran rawat inap di rumah sakit
  • Setelah menjalani rawat inap dan dinyatakan sudah boleh keluar dari rumah sakit, maka di sinilah kita telah mendapatkan layanan cashless dari asuransi Flexi Hospital&Surgical. 
Singkatnya, kita tinggal keluar lenggang kangkung aja gituuu dari rumah sakit. 

Siapa yang hari gini masih ribet bawa uang cash kemana-mana, ngumpulin kartu ini itu di dalam dompet (yang mungkin lebih tebal sama kartu ketimbang uangnya), dan antre panjang mengurus administrasi rumah sakit? 

Mari tinggalkan saja ketidakpraktisan itu dan beralih pada dunia cashless, termasuk inovasi pada asuransi kesehatan yang memberikan layanan cashless dan #TagihanRSJadiRingan karena bayar sesuai tagihan rumah sakit. 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url