Camping Bersama Keluarga, Apa Saja Persiapannya?


camping keluarga

Berkemah atau camping bersama keluarga bisa jadi pilihan liburan atau aktivitas weekend yang menyenangkan dan bebas dari macet. Berkemah sekarang menjadi kegiatan yang bisa dilakukan siapa saja dan di mana saja, tidak lagi identik dengan Pramuka atau pecinta alam.

Kemah keluarga perdana saya di pantai Kondang Merak, Malang, bersama tiga anak yang saat itu berusia 6, 5 dan 3 tahun. Bagi kami penyuka kegiatan outdoor, kesempatan berkemah adalah ajang family-time dan refreshing dari rutinitas sehari-hari. Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan bersama anak selama kemah, salah satunya adalah bersama-sama mendirikan tenda dan membuat api unggun.

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk berkemah bersama keluarga adalah memilih lokasi kemah yang cocok. Perlu diingat bahwa kegiatan ini melibatkan orang dewasa dan anak-anak yang ketahanan fisiknya berbeda. Tentunya tidak ada target mendaki gunung dengan ketinggian tertentu. Jadi, pastikan tempat yang akan dituju sesuai untuk segala usia.

Persiapan Camping

Setelah menentukan tujuan dan tempat untuk berkemah, tentunya kita nggak mau terlalu repot dengan bawaan yang terlalu banyak, bukan. Maka untuk persiapan yang efektif dan efisien, kita harus membuat perencanaan dan checklist kebutuhan setiap anggota keluarga lalu rundingkan lebih lanjut untuk menyusun kebutuhan bersama.

Yuk, kita uraikan persiapannya :

1. Lokasi kemah

Bisa memilih bumi perkemahan, taman nasional atau area perkemahan yang dikelola swasta. Yang terakhir tentunya lebih mewah dan relatif mahal. Jika memilih di pantai, pastikan cuaca sedang stabil dan lokasinya aman. Jika memilih gunung, usahakan tidak terlalu tinggi agar perubahan suhu udara tidak terlalu ekstrim dialami anak. Lokasi lain bisa di puncak bukit atau wilayah danau yang tidak kalah menariknya.

2. Cari informasi

Sangat penting untuk memiliki informasi terlebih dahulu tentang tempat kemah yang kita tuju. Thanks to Google, kita bisa baca-baca pengalaman orang lain yang sudah duluan berkemah di sana.

Perhatikan secara rinci mulai dari jarak tempuh, lokasi toilet, medan perjalanan, dan suhu udara setempat. Dari situ kita bisa menimbang-nimbang keperluan untuk kelancaran selama berkemah. Jangan lupa untuk mencari tahu hal yang menarik di sekitar lokasi kemah, bisa juga sambil menentukan rute tracking keluarga.

3. Jaga kondisi kesehatan keluarga

Ada baiknya seminggu sebelum berangkat anak diusahakan bebas dari penyakit atau aktivitas berlebihan yang menguras fisik dan tenaganya hingga kelelahan. Begitupun orangtuanya harus fit, karena kitalah yang nantinya bertanggung jawab lebih banyak. Kalau orangtua sakit, siapa yang jaga anak-anak, dong?

4. Sering bercerita dan berdiskusi bersama keluarga

Ini bukan hal yang remeh, karena sounding yang tepat akan memberikan respon yang baik. Bisa kita ajak anak-anak browsing untuk lihat foto-foto lokasi, pemandangan apa saja di sana dan apa yang bisa kita lakukan. Seringnya yang terbayang oleh anak-anak tentang kemah adalah tidur di tenda di alam terbuka, bakar marshmallow di api unggun sambil memadang bintang (okaay, it was so Disney).

Jaga mood dan antusiasme seluruh anggota keluarga sampai hari H, agar packing dan perjalanan terasa lebih ringan.

5. Persiapkan pakaian, alas kaki dan toilettries

Persoalan pakaian ini jadi penting kalau berkemah bersama keluarga, karena pakaian menentukan kenyamanan. Untuk anak-anak, membawa baju hangat dan kaos kaki wajib adanya.

Pelengkap lain seperti topi dan jas hujan. Untuk pakaian casual, gunakan yang bahannya ringan dan adem selain untuk efisiensi packing, lebih cepat kering jika kena basah dan perlu dijemur.

Untuk alas kaki, saya prefer sandal gunung dengan outsole yang bergerigi, menjaga agar ringan saat melangkah dan tidak licin saat melewati bebatuan atau tanah yang turun. Boleh juga pakai sepatu outdoor, tapi jenis ini berat jika kehujanan dan tidak banyak tersedia untuk ukuran anak-anak.

Peralatan mandi yang ringkas hanya butuh sabun dan sikat gigi. Mungkin saja nanti malas mandi karena dingin atau tempat mandi yang jauh, tapi sikat gigi tidak boleh absen.

Perlengkapan Camping

Jika masih ragu untuk memiliki perlengkapan kemah sendiri, ada banyak penyewaan peralatan berkemah yang menyediakan keperluan dari a sampai z, dengan rate per 24 jam.

Untuk hal ini, saya punya list yang wajib jadi pertimbangan :

a. Tenda

Tiada kesan berkemah tanpa tenda. Yang terbaik adalah tenda yang dilapisi dua layer untuk menghadapi hujan atau cuaca yang dingin. Tenda jenis ini memang lebih berat, tetapi aman dan nyaman untuk keluarga. Jangan lupa bawa matras untuk alas tenda, karena terpal biasanya bisa ditembus oleh air.

b. Kantung tidur

Mau berkemah di gunung atau di pantai, kantung tidur tetap wajib dibawa. Fungsinya untuk menghangatkan tubuh dan melindungi dari gigitan hewan kecil. Jika cuaca cukup panas, kantung tidur bisa dibentangkan menjadi alas tidur yang lebih empuk. Pilih kantung tidur yang isinya dacron, relatif lebih ringan namun mampu bertahan pada suhu minus 5 derajat celcius.

c. Senter

Senter digunakan sebagai penerangan di dalam tenda, juga untuk alat melihat saat menyusuri jalan di kala gelap. Untuk di dalam tenda, gunakan senter gantung yang dapat ditaruh di atas dome. Bawalah beberapa senter untuk cadangan dan baterai yang lebih banyak.

d. Kompor portabel

Kompor ini bentuknya kotak mungil dan bisa masuk dalam saku ransel, tinggal bekal beberapa botol gas menyesuaikan dengan durasi berkemah. Kompor ini sangat berguna untuk menyiapkan sarapan, membuat makanan sederhana, lebih ringkas dan praktis jika dibandingkan dengan kompor parafin.

e. Obat-obatan

Bagi keluarga kami, terutama saya dan anak-anak yang punya alergi dingin, wajib membawa antisipasi minyak atau balsem hangat dan inhaler. Selain itu, lotion anti nyamuk, sunblock, obat antipiretik dan analgesik seperti parasetamol, obat alergi, dan cairan iodine plus kasa dan kapas untuk P3K. Tidak perlu over-panic dengan membawa semua jenis obat-obatan, hanya untuk pertolongan pertama saja karena kelelahan, terjatuh atau digigit serangga. Jika sakit lebih lanjut tentunya kita tidak akan tinggal diam dan segera menuju lokasi pengobatan terdekat.

f. Perlengkapan ibadah

Bukan berarti kita sibuk bersenang-senang di luar lalu memaklumi untuk bolos ibadah, lho. Justru saatnya kita menyelami lebih dalam tentang kebesaran Sang Pencipta. Bayangkan sholat tahajjud berjamaah dengan keluarga di bawah hamparan langit bertabur bintang, waaah bakal jadi pengalaman yang tak terlupakan bagi anak-anak.


10. Perbekalan cukup

Ini tentu maha penting yaaa, ransum yang cukup membuat semua aman terkendali. Anak rewel karena lapar akan membuat suasana tidak nyaman, maka pastikan perut selalu terisi dengan baik agar menunjang vitalitas kondisi tubuh.

Menurut saya, selama berkemah kita bisa coba menu alternatif yang tidak terlalu ribet dan tidak membebani barang bawaan. Contohnya oatmeal, roti tawar, susu kotak, sosis dan mie. Memasak bahan-bahan ini cukup mudah dan singkat. Masak seseruan melibatkan anak-anak seperti menusuk sosis, mengolesnya dengan mentega, lalu memanggangnya di atas teflon. Jika ingin membawa buah-buahan, maka bawalah buah yang cenderung awet dan mudah dimakan seperti apel, pear atau anggur. Ketika tidak memungkinkan untuk mengupas dan memotong, cukup dicuci bersih dan langsung dimakan bersama kulitnya.

Permainan atau Kegiatan Selama Camping

Siapkan aktivitas menarik yang bisa dilakukan anak-anak atau seluruh anggota keluarga. Contohnya tracking, mencari harta karun, menangkap ikan di sungai, atau nature study.

Banyak yang bisa dieksplor dari alam semesta. Hanya mengamati kupu-kupu atau dedaunan di sekitar saja sudah jadi family project yang dapat didokumentasikan dan dibawa pulang sebagai oleh-oleh pengalaman.

Boleh juga bawa permainan balok atau monopoli untuk dimainkan di dalam tenda. Jangan lupa bawakan buku gambar dan crayon agar si kecil bisa menuangkan pengalamannya secara langsung.

Nah, setelah semua perlengkapan siap dan mental petualang sudah muncul, tunggu apa lagi? Ayo eksplorasi alam terbuka bersama anak-anak.....

*reproduce with edited from my writing at Jejak katumbiri

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url