Transportasi Anak Sekolah, Tidak Pernah Murah dan Mudah
![]() |
stnonline.com |
Setiap tahun ajaran baru, orang tua biasanya sibuk bukan hanya dengan daftar ulang, beli seragam, atau persiapan buku pelajaran. Ada satu urusan yang kadang bikin kening berkerut lebih lama, yaitu transportasi anak sekolah. Mau naik apa anak setiap hari? Siapa yang antar? Aman nggak? Mahal nggak? Pertanyaan-pertanyaan sederhana ini ternyata bisa berdampak besar pada rutinitas keluarga.
Yes, transportasi anak ke sekolah bisa jadi hidden cost dari biaya sekolah yang sudah pernah saya tulis di postingan sebelumnya.
Menghitung Uang Transportasi
Menurut Mommies Daily, idealnya biaya transportasi anak—termasuk uang ojek, bensin, atau antar-jemput—tidak melebihi 2% dari gaji orang tua per bulan. Kalau gaji Rp10 juta, berarti maksimal Rp200.000 per bulan.
Sementara itu, data BPS tahun 2023/2024 menunjukkan bahwa untuk siswa SMA/SMK, sekitar 22,11% dari total pengeluaran pendidikan digunakan untuk transportasi. Ini memperlihatkan bahwa ongkos berangkat ke sekolah adalah porsi yang signifikan.
Contoh sederhana: jika anak sekolah naik ojek online—katakan Rp15.000 sekali jalan—maka PP biaya per hari Rp30.000; dalam sebulan (20 hari), total Rp600.000. Jauh di atas batas ideal kalau gaji bulanan dianggap normal.
Saat Transportasi Jadi Ruang Belajar (dan Bonding)
Memilih moda transportasi bukan cuma keputusan logistik, tapi juga pilihan edukatif:
-
Kendarai mobil sendiri: memberi kesempatan ngobrol pagi—tentang tugas sekolah, cerita teman, atau bocoran soal ulangan mendadak. Waktu berkendara jadi micro-bonding yang priceless.
-
Naik transportasi umum atau antar jemput: justru memberi ruang anak belajar mandiri. Mereka tahu cara bayar, jaga barang, bersabar saat antre halte, hingga cari teman perjalanan—keterampilan hidup yang tak ternilai.
Orang tua juga punya peran proaktif: memastikan helm, sabuk pengaman, atau kondisi kendaraan aman; menanamkan pentingnya tertib tunggu halte; hingga memberi rambu "cek helm dulu, baru jalan".
Transportasi Sebagai Cerminan Tantangan Hidup di Kota
Kalau ditarik lebih jauh, urusan transportasi anak sekolah juga mencerminkan masalah kota: kemacetan, minimnya transportasi publik yang ramah anak, sampai jarak antara sekolah dan tempat tinggal yang semakin jauh. Tidak heran kalau banyak orang tua akhirnya merasa “dipaksa” mengeluarkan biaya ekstra atau tenaga lebih demi memastikan anak bisa belajar dengan tenang.
Di beberapa negara, pemerintah menyediakan bus sekolah gratis dengan standar keamanan ketat. Anak-anak bisa berangkat sekolah bersama teman, orang tua tidak perlu pusing ongkos, dan jalanan pun lebih tertib. Mungkin suatu hari nanti Indonesia bisa punya sistem seperti itu, yang membuat transportasi anak sekolah tidak lagi menjadi beban besar bagi keluarga.
Transportasi anak sekolah memang terdengar sepele, tapi kenyataannya ini adalah puzzle harian yang harus disusun dengan penuh pertimbangan. Ada biaya yang harus diatur, ada keamanan yang tidak bisa ditawar, dan ada peran orang tua yang jauh lebih penting daripada sekadar “ngantar-jemput.”
Pada akhirnya, setiap keluarga punya pilihan yang berbeda, sesuai kondisi dan prioritas masing-masing. Yang jelas, apa pun moda transportasi yang dipilih, orang tua tetap memegang kunci: memastikan anak berangkat dengan aman, pulang dengan selamat, dan belajar banyak hal dari perjalanan itu sendiri.