Menuju Indonesia Bebas Kusta

Jujur aja, kita sering menggunakan term “penyakit kusta” merujuk pada sesuatu yang harus dihindari, dijauhi, dikucilkan, karena bersifat menular, jorok, kotor, atau semacamnya. Padahal, apa sih yang benar-benar kita ketahui tentang penyakit kusta itu sendiri? Jangan-jangan, kusta-nya saja kita nggak tahu penampakannya seperti apa.

Ya, stigma seperti inilah yang sering membuat para penderita kusta dikucilkan dari kehidupan bermasyarakat, Bahkan, aneka “katanya” tentang kusta ini masih beredar di masyarakat, semisal penyakit turun temurun, tidak bisa sembuh, sampai dianggap “penyakit ilmu hitam.”

Dengan tidak terinformasikannya dengan benar masyarakat kita mengenai kusta, membuat penanganan terhadap penyakit kusta sendiri itu banyak mengalami keterlambatan dan akhirnya belum musnah sama sekali.

Minggu lalu saya berkesempatan ikut workshop via Zoom dengan topik “Media yang Mengedukasi & Memberantas Stigma Kusta dan Disabilitas” yang masih serangkaian dengan talkshow “Melihat Potret Kusta di Indonesia.” Dari event ini, saya yang awam jadi lebih tahu mengenai penyakit yang juga disebut lepra ini.



Tentang Kusta

Nyatanya, Kusta merupakan penyakit menular (yang tidak mudah menular) dan bisa disembuhkan, tetapi jika terlambat ditemukan atau tidak diobati, kusta dapat menyebabkan disabilitas.

Kusta adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium leprae. Penyakit ini biasa menyerang kulit dan syaraf tepi. Walaupun dikenal sebagai penyakit menular sebenarnya penyakit kusta hanya bisa ditularkan oleh penderita kusta yang belum berobat kepada orang lain dengan kontak yang lama melalui pernafasan.

Kusta masuk ke dalam kategori penyakit tropis terabaikan (neglected tropical disease) karena sudah ada sejak tahun 1400 sebelum masehi dan masih mengintai masyarakat hingga saat ini. Menurut data WHO, Indonesia menduduki peringkat 3 penyakit kusta terbanyak di dunia setelah India dan Brasil.

Penyebab utama kusta masih mewabah adalah terlambatnya penanganan akibat minimnya pengetahuan masyarakat tentang gejala kusta dan tingginya stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan kusta atau orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK). Hal ini membuat orang dengan gejala kusta enggan memeriksakan diri ke layanan kesehatan lebih dini.

Cara Penularan Kusta

Menurut survei Kementerian Kesehatan RI, angka penularan kusta tidak mudah naik seperti wabah yang mudah menular. Data menunjukkan, dari 100 orang terpapar kusta; 95 orang tidak terjangkit, 3 orang sembuh dengan sendirinya. Sedangkan 2 orang sisanya tertular dan perlu pengobatan. Sumber penularannya hanya pada penderita kusta tipe basah yang belum diobati.

Penyakit kusta terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
  • Kusta kering atau PB (pausi basiler) yang ditandai dengan jumlah bercak kusta 1 hingga 5 dan kerusakan kurang dari 1 saraf tepi dan tidak ditemukan Basil Tahan Asam (BTA negatif) pada pemeriksaan kerusakan kulit.
  • Kusta basah atau MB (multi basiler) yang ditandai dengan jumlah bercak kusta lebih dari 5 atau kerusakan lebih dari 1 saraf tepi, atau ditemukan Basil Tahan Asam (BTA positif).
Obat-obatan yang ada harus diminum secara rutin (terus-menerus) dan tidak boleh terpotong. Karena dibutuhkan tekad dan kekonsistenan yang kuat bagi penderita dan suport dari orang terdekat agar pengobatan ini bisa terus berjalan hingga sembuh total.

Tanda dan Gejala Penyakit Kusta

  • Bercak atau kelainan kulit yang kemerah-merahan atau keputih-putihan di bagian tubuh.
  • Bintik yang tidak gatal.
  • Belang yang tidak berasa (tidak sakit).
  • Bercak yang tidak berkeringat atau tidak berambut.
  • Tanda Pada Syaraf
  • Rasa kesemutan dan nyeri pada anggota badan dan muka
  • Tidak ada rasa pada telapak tangan dan kaki.
  • Kelemahan otot pada tangan dan kaki
  • Luka pada telapak kaki yang sulit sembuh.
  • Kelopak mata tidak bisa menutup sempurna.

Cara Mencegah Kusta

Penyakit kusta ini adalah penyakit yang masa inkubasinya termasuk yang paling lama yaitu sekitar 2-5 tahun bahkan ada yang sampai 10 tahun.

Jadi, untuk antisipasi kita perlu tahu bagaimana cara mencegah penularannya:
  1. Segera obati penderita kusta.
  2. Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
  3. Sistem sanitasi dan sirkulasi rumah/tempat tinggal kita haruslah baik.
  4. Minum obat pencegahan bagi yang punya riwayat kontak erat dengan penderita

SUKA (Suara Untuk Kusta)

Pemerintah bekerja sama dengan NLR membuat campaign SUKA (Suara Untuk Kusta) di mana kegiatannya adalah edukasi awareness terhadap penyakit kusta di Indonesia

NLR adalah sebuah organisasi non-pemerintah yang didirikan di Belanda pada tahun 1967 untuk menanggulangi kusta dan konsekuensinya di seluruh dunia dengan tiga pendekatan yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi). Di Indonesia, NLR mulai bekerja tahun 1975 bersama pemerintah Republik Indonesia dengan tagline “Hingga kita bebas kusta”.

Untuk yang ingin menonton rekaman Talkshow Ruang Publik – Melihat Potret Kusta di Indonesia silakan disimak video di bawah ini.

Upaya Pencegahan Kusta Sejak Dini

  • Vaksinasi BCG pada bayi membantu mengurangi kemungkinan terkena kusta karena kuman kusta masih 1 keluarga dengan kuman TBC.
  • Segera berobat ke Puskesmas bila mengalami kelainan kulit berupa bercak mati rasa.
  • Cacat kusta dapat dicegah dengan minum obat dan periksa ke Puskesmas secara teratur.


- Penyakit Kusta hanya bisa ditularkan oleh penderita kusta yang tidak / belum minum obat kusta -
Next Post Previous Post
4 Comments
  • Marsya
    Marsya 27 April 2021 pukul 19.10

    test

  • michelle
    michelle 11 Mei 2021 pukul 11.15

    test

  • Dyah happydyah[dot]com
    Dyah happydyah[dot]com 5 April 2022 pukul 18.57

    Ak baru tau deh kusta itu vaksinnya vaksin BCG. Smoga semua masyarakat bebas kusta

  • Dyah happydyah[dot]com
    Dyah happydyah[dot]com 5 April 2022 pukul 19.12

    Ak baru tau deh kusta itu vaksinnya vaksin BCG. Smoga semua masyarakat bebas kusta

Add Comment
comment url