5 Tips Betah di Rumah Aja

Pertanyaan yang suliiitt bagi saya si tukang jalan (means ngelayap loh yah, bukan traveling :p), gimana caranya supaya betah di rumah aja, nggak pengen nge-mal, nggak pengen ngopi atau makan di luar. 

Ya tentu pengeeen laaaahh, tapi saya nurut.
Nurut sama himbauan pemerintah untuk di rumah aja, nggak kelayapan kalo nggak perlu. Membatasi interaksi di luar, terutama penggunaan kendaraan umum dan fasilitas umum lainnya. 

Meskipun udah biasa di rumah juga di hari-hari sebelumnya, kalo udah 50 hari banget dekem di rumah apalagi mendadak tanpa persiapan, tentunya ada dong perasaan bosan dan jenuh. Sempat baca-baca di twitter, beberapa orang malah jadi stres dan depresi di rumah terus. Well, i don't know...apa memang sebegitunya nggak ada kegiatan, cuma bengong sampe mampus? 

Waktu awal-awal di rumah aja sih nggak terlalu ngena, kesini-sininya, mulai berpikir tentang bagaimana memanfaatkan dan memaknai kondisi ini selagi di rumah aja, biar gak mati gaya gitu. Lalu saya baca-baca di Psychology Today  ini, gimana aja caranya mengisi waktu di rumah supaya nggak stuck sama kebosanan. 

Boleh saya bagi di sini yaa, sebagian hasil bacaan tips supaya betah di rumah, terutama selama pandemik ini :  

1. Terima keadaan 

Ini perlu banget sih, secara semua serba mendadak. Karyawan tiba-tiba pindah tempat kerja, anak-anak juga tiba-tiba sekolah di rumah. Semua jadwal, rencana dan agenda yang sudah terorganisir bahkan mungkin sampe dua bulan ke depan, terpaksa semua harus menyesuaikan keadaan. Ini sih yang mungkin sebenernya lebih stressing karena jadi pengaruh ke target dan strategi, kudu cepet-cepet berubah dan beradaptasi. 

Nggak cuman bos-bos atau karyawan, orang tua juga sama bingungnya :)) 

Yah, pertama memang kita sadari dulu kenapa kita harus di rumah, apa konsekuensinya kalo kita tetap maksa beraktivitas seperti biasa. Pahamkan ini dulu sama semua anggota keluarga, jadi nggak ada yang ngeyel atau bandel. Lantas baru pikirkan strateginya, mau ngapain aja, caranya gimana.  

2. Stay connected with others

Meski kita semua di rumah aja, teknologi memudahkan segalanya. Sebaiknya sih kita nggak menutup diri juga dari pemberitaan dan perkembangan di luar dan tetap berinteraksi dengan orang lain lewat platform sosial di internet. Membatasi baca berita boleh-boleh aja, kalo itu membantu mengurangi stres, kalo saya sih malah pengen tau, hehe. 

Manfaat berkabar dengan orang lain tentunya banyak. Kita bisa tau perkembangan kondisi kesehatan atau lingkungan diri sendiri atau keluarga yang jauh di sana. Emang nggak pengen tau kabar orang tua yang sementara nggak bisa kita kunjungin? Kita juga bisa ngingetin keluarga dan teman-teman untuk tetap menjaga kesehatan mereka, mematuhi protokol kesehatan dan saling bantu kalo ada yang kekurangan dan membutuhkan. 

Menurut saya persoalan interaksi ini cukup serius, karena banyak banget kasus lingkungan yang butuh bantuan tapi nggak terdeteksi orang terdekat. Meski kita fokus sama keluarga sendiri, ini bukan waktunya egois. Saling ulurkan bantuan, maka kita bisa hadapi pandemik lebih ringan. 

3. Jadwalkan kegiatan harian

Percayalah, tanpa jadwal itu semua berantakan. Sesantuy-santuynya orang, pasti butuh kepastian kan? nah, jadwal ini salah satu guidance tools aja sih ngasih tau agenda apa aja harian kita. Saya bukan orang yang organized tertata rapi dan merencanakan sesuatu dengan bullet journaling misalnya, cukup tentukan 2 atau 3 agenda aja untuk hari ini supaya aktivitasnya terarah dan ada output selepas hari ini. 

Memiliki jadwal juga bikin kita nggak memikirkan kebosanan terus, jadi ada kesibukan yang setiap harinya nggak bakal kerasa.  

4. Anggap sebagai 'free time'

Mumpung di rumah aja, saatnya mengerjakan hal-hal yang selama ini tertunda karena alasan nggak ada waktu. Bisa itu ngerjain hobi, workout, masak, Sbeberes rumah, bikin mainan anak-anak, nyelesaikan tumpukan buku, dll. Pokoknya, lakukan apapun selagi waktunya ada.

Saya sih pengennya ke dokter gigi dan nyunatin anak bungsu, mumpung nggak sekolah...tapi yaa begini yaaa...percuma saja tetap nggak bisa kemana-mana :( 

5. Saatnya membangun empati 

Baik diri kita sendiri, maupun anggota keluarga. Terutama anak-anak, yang masih harus diberi pemahaman kenapa kita harus di rumah, kenapa harus peduli sama orang lain, kenapa harus menjaga diri dan tidak membahayakan orang lain termasuk kita nggak bisa berkunjung ke rumah kakek-nenek dulu. 

Percayalah, empati itu nggak dibangun dalam sehari-dua hari, maka saat ini waktu yang tepat buat membangun empati satu sama lain. Banyak-banyak ngobrol di rumah, berdiskusi tentang situasi saat ini dan memikirkan tindakan yang bisa dilakukan. 

Sejujurnya, nggak mudah juga buat betah di rumah aja. Iya kalo seminggu-dua minggu, tapi dua bulan, tiga bulan? Jelas kita perlu strategi khusus agar waktu di rumah aja bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya dan betah di rumah tanpa mengeluh. 
  
Next Post Previous Post
1 Comments
  • Nyi Penengah
    Nyi Penengah 13 Juni 2021 pukul 00.46

    Sekarang malh jadi tahu apa aja yang bisa dimaksimalkan di rumah ya Mba sejak si rumah aja

Add Comment
comment url