Cerita Anak Keempat

melahirkan di usia 35 ke atas

Anaknya sudah 6 bulan, ceritanya baru nongol sekarang…

Masih inget? Ya tentu masiih…
Cerita melahirkan pasti selalu diingat meski sudah lewat bertahun-tahun.

Alhamdulillah, dikasih kenikmatan melewati proses kehamilan dan melahirkan dengan lancar, sehat, dan cepat pulih. Padahal udah takut banget melahirkan kali ini lebih sulit mengingat jarak dan usia kehamilan yang jauh.

Berhubung nggak banyak nulis soal kehamilan keempat, saya resumekan sekalian aja di postingan ini deh buat dibaca lagi dan diingatkan di tahun-tahun ke depan.

Kehamilan di Atas Usia 35 Tahun 


Dua minggu jelang melahirkan

1.5 bulan setelah melahirkan

Yah kebuka juga kan umurnya, haha. Ya jadi kekhawatiran pertama tentu saja apa saya masih punya cukup tenaga untuk hamil dan melahirkan di usia segini? Rasanya aja udah jompo banget ya, ini lagi bakal kudu ngeden, kudu gendong-gendong, kudu bungkuk-bungkuk, kudu begadang… OMG, masih ada nggak tuh energinya??

Ada banyak juga kekhawatiran lain kalau baca-baca hamil di atas 35 tahun, semisal risiko bayi prematur, risiko bayi mengalami cacat, sampai tingkat risiko tinggi mortalitas ibu.

Tapi beneran Allah yang Punya Kuasa ya.

Selama hamil dilancarkan aja gitu semuanya. Tidur nyenyak, bisa antar jemput sekolah sampai hari H, bisa kerjakan pesanan kue lebaran, masih kuat trekking dan olahraga. Nggak ada fase mual-mual parah. Cuma ngantukan bangeett aja selama hamil tuh.

Karena sadar umur, untuk menjaga kesehatan dan vitalitas selama hamil saya melakukan hal-hal seperti makan sewajarnya (selain karena nafsu makan juga biasa-biasa aja nggak terlalu meningkat pesat), olahraga low impact lebih sering, long walk (3-5km) 3 bulan sekali dan small walk tiap hari. Selebihnya tetap berkegiatan seperti biasanya. Dan tentu saja tidur lebih banyak.

Berat badan dari sebelum hamil sampai terakhir naik sekitar 6kg aja kayanya, mentok di 55-56kg. 

Jujurly ya lebih mudah lelah sekarang, jadi diusahakan jangan sampai lelahnya bikin ngos-ngosan habis tenaga. Januari awal tahun ini saya sempat masuk rumah sakit karena serangan asma yang sebetulnya juga jaraaang banget munculnya. Saturasi turun sampai 80, udah kaya pasien Covid. Sungguh-sungguh khawatir kalau serangan ini muncul seiring perut tambah besar atau pas waktunya lahiran.

Saya dikontrol ketat oleh dokter Kuntjahja, spesialis paru terbaik di Malang. Syukurlah saat itu kondisi gawat darurat terlewati, jadi janin tidak keburu kehabisan oksigen di dalam. Selain Ventolin, Symbicort kini jadi pegangan obat kemana-mana.

Pasca opname, bulan-bulan ke depannya kondisi stabil dan aman, bahkan sampai ketika melahirkan di musim pancaroba yang biasanya lebih sering kambuhan.

Memilih Dokter Kandungan Terbaik di Malang 


Setelah kepergian dokter kandungan anak ketiga (semoga husnul khotimah ya, dokter Maria), pilihan saya balik lagi sama dokter Nuke, SpOG yang menangani anak kedua dulu. Alasan pertama karena sudah lebih familiar, kedua penanganan bumil senior baiknya percayakan saja pada dokter senior. Memilih dokter kandungan memang bukan cuma cari yang terbaik, tapi juga trust dari kita sebagai pasien untuk ditangani nakes pilihan.

Begitu ketemu, dokternya welcome banget dan masih ingat saya. Terharuuu dokter sefemes ini masih ingat pasien-pasiennya padahal sudah bertahun-tahun berlalu. 

Dokter Nuke praktiknya di rumah sendiri, di Jalan Cerme No.1, Malang. Namun untuk tindakan, beliau bisa di Melati Husada dan RSSA. Kliniknya kecil, tapi ramai pengunjung seperti biasanya. Praktik setiap hari jam 18.00 - 21.00, tarifnya 250.000 sekali datang sudah termasuk USG. Sangat terjangkau untuk sekelas dokter konsultan.

Antrean pertama kali datang memang 1 bulan, tapi begitu kontrol ya langsung dijadwalkan lagi untuk bulan depannya.

Sesuai ekspektasi dr.Nuke ngasih ketenangan dan kesabaran yang dibutuhkan. “Mbak Rella tidak perlu takut, selama kandungannya aman, semua akan baik-baik aja.”

Sempat kepikiran untuk NIPT test, test ini, test itu yang bisa memperkuat bukti bahwa fisik ini baik-baik aja, tapi dokter hanya minta tes darah lengkap biasa saja untuk persiapan melahirkan. “Tidak ada makanan atau vitamin khusus ya, Mbak. Cukup makan yang betul dan banyak minum susu aja untuk cadangan kalsium.”
dokter Nuke
dr.Nugrahanti Prasetyorini, SpOG K

Ahh, dok, selalu laafff kalau konsul sama beliau. Sudah 10 tahun berlalu, suasana kontrolnya masih sama…detail dan menenangkan. 

Apalagi sekarang USG kayaknya semua sudah 3D-4D ya, jadi nggak perlu permintaan khusus kita sudah bisa lihat wajah bayi di dalam sana.

Waktunya Melahirkan


Technically, HPL saya mestinya di pertengahan bulan Juni. Sekitar 14-16 Juni. Tanggal-tanggal ini sekiranya bertepatan sama tanggal wisuda SD si kakak yang juga masih pekan UAS untuk adik-adiknya. Jadi saya berdoa mudah-mudahan lahiran terlambat setelah semua urusan anak-anak selesai supaya bisa hadir di wisudaan meski sudah dekat HPL.

Pokoknya kalau bisa jangan pas HPL aja wisudanya. Kasihan anak-anak, juga kasihan suami karena pasti galau mau mendampingi yang mana.

Qodarullah, akhir Mei saat paginya saya dadah-dadah ke bus pariwisata yang mengantar kakak ke Jogja, perut saya bergejolak. Tadi malamnya sih sempat ada yang kerasa-rasa juga. Tapi bukannya bumil tua sudah biasa ya ada false contraction? Lagi pula ini masih kurang dua minggu dari waktunya.

Pulang ke rumah, terasa lagi dalam jarak waktu yang masih panjang. Saya sempat kabari suami, kok perutnya sakit. Tapi rasanya belum perlu ke dokter dulu deh mengingat jangka waktunya masih dua jam-an sekali.

Saya masih sempat bikin brownies, menggulung pastry, sambil sesekali duduk karena perut mulai sering kencang dan kram. Pastry masih ada di dalam oven ketika saya sudah nggak kuat berdiri lagi.

Saya merayap duduk di sofa luruskan kaki. Posisi nyandar dengan kaki terangkat terasa mendingan. Punggung panas, tapi tidak ada desakan yang berarti di bawah sana.

Sementara kontraksinya mereda. Saya mulai masuk-masukkan perlengkapan ke dalam tas yang baru dibuka. Just in case memang kita nggak pulang malam ini sudah bawa antisipasinya.

Padahal, saat itu kami belum persiapan apa-apa untuk lahiran. Tas melahirkan belum disiapkan, baju-baju bayi belum diberesin, belanja kelengkapan bayi juga belum, blas belum ngapa-ngapain karena niatnya memang baru akan dilakukan di minggu-minggu tersebut.

Lalu saya bilang anak-anak untuk bersiap ikut ke rumah sakit. Anak-anak yang lugu dan bingung nurut aja, meski nggak peka banget sama ibunya yang lagi mules-mules itu.

Nggak ada blood show. Nggak pula terasa ingin ngeden atau sesuatu ada di ujung tanduk. Saya masih Whatsapp-an sama dokter Nuke tentang kondisi ini. Sampai hari makin sore, kami pergi ke luar, entah langsung ke rumah sakit atau ke klinik dokter karena memang pas waktunya kontrol juga.

Di jalan, intensitas kontraksi makin sering. Tiap kerasa saya pegangan handle pintu mobil, menguatkan diri, merapal laa haula wa’ala quwwatta illa billaah. Jalanan saat itu macet karena pas hari kerja dan sore hari orang pulang kantor. Saya menggertakan gigi, berusaha untuk nggak terlalu heboh menahan sakit, kuatir bikin panik suami yang sedang nyetir.

Nggak tau karena pengalaman atau usia yang matang, kesadaran saya masih utuh banget. Saya masih bisa berkabar pada dokter kalau intensitas kontraksi sudah 10 menit dan saya akan langsung meluncur ke rumah sakit.

Ternyata sudah bukaan 8!

Sungguh hairan karena saya belum merasakan adanya dorongan untuk ngeden. Nggak kaya dulu-dulu yang kayaknya bukaan 5 aja udah pengen brojolin aja.

Saya cuma kaget. Panik. Hah kok sekarang, hah kok udah bukaan 8, dan hah kok hah kok lainnya sehingga harus sedikit ditenangkan oleh suster. Buyar semua awalnya sampai akhirnya kembali on track setelah mengatur napas dan kembali mindful. Saya sudah dikondisikan di atas ranjang bersalin sambil nunggu suami yang lagi nyiapin anak-anak di ruang sebelah.

Tepat waktu suami datang bukaan lengkap. Dokter datang. Prosesnya muluuuussss…ngeden pertama, atur napas, ngeden kedua… sreeeetttt keluar bayi dan kawan-kawannya. Menangis.

Semua begitu cepat. Hanya sekitar 15-20 menit aja dari persiapan sampai selesai. Prosesnya hampir persis dengan kelahiran anak kedua dulu.

Rasanya tetap sama. Plong setelah isi perut keluar. Bedanya kali ini nggak ngalamin kontraksi yang dahsyaaattt banget banget sampai keluar air mata gitu. Nggak banyak drama. Ringkes dan sederhana. Atau jangan-jangan ambang batas sakit saya yang naik banyak ya?

Hello, Fourth! 



Bayinya lahir dengan berat badan rendah, cuma 2300gr. Paling kecil di antara anak-anak saya.

Tapi untungnya lahir di usia kehamilan cukup, 38w. Sehingga hanya BBLR saja, tapi tidak prematur dan terlahir dengan kondisi normal.

LAKI-LAKI LAGI YA GUYS YA, HAHA.

Ya begitulah, bayi yang tanpa malu-malu menampakkan jenis kelaminnya sejak 4 bulan di dalam kandungan ini ngikut kakak-kakaknya.

4 anak laki-laki semua. Alhamdulillah. Hasbunallah wa nikmal wakiil.

Memang sejak tahu dan selama hamil, kami nggak berekspektasi apa-apa soal jenis kelamin bayi. Nrimo saja, pasrah. Tidak sedang program anak perempuan, juga tidak sengaja memperbanyak keturunan laki-laki. Kalau perempuan, alhamdulilah... kalau laki-laki ya alhamdulillah juga karena seperti dikasih kesempatan memperbaiki kekurangan-kekurangan pengasuhan sebelumnya.

Meski masih overthinking juga sampai hari ini. Kira-kira apa rencana Allah dengan memberi kami anak laki semua? Bismillah apa pun itu, yakin bahwa itu takdir yang terbaik.

Akhirnya, karena lahir lebih cepat, bayi merah ini sudah dibawa-bawa menghadiri wisuda dan rapotan kakak-kakaknya. Antar PPDB, diajak nemenin kakak-kakak main. Pokoknya saya nggak mau hilang momen sama anak-anak, jadi biarpun suami juga ada ya tetap hadir semua kedua orang tuanya :')


Melati Husada Lagi


RSIA Melati Husada kini sudah makin luas dan berkembang. Bangunan di Jalan Kawi khusus untuk IGD, tindakan persalinan, dan kamar inap. Sementara untuk rawat jalan, bangunannya ada di belakangnya, di Jalan Taman Slamet.

Sempat saya usulkan untuk kontrol dan melahirkan di rumah sakit lain yang juga bagus dan lebih dekat dengan rumah, tapi suami nggak sreg jadi ya sudah balik ke Melati Husada lagi aja terlebih kami kontrol juga dengan dokter Nuke.


Kali ini kami ambil kamar Madura, padahal inginnya Paviliun lagi kaya sebelumnya. Sayang kalau lahiran normal nggak bisa booking kamar, jadinya ya pasrah pada kamar yang available saat itu.


Kamar Madura berada di lantai 1, di depan kolam air mancur jadi suasananya asri dan adem. Kamarnya bergaya oldies ya seperti biasa, tapi fasilitas kamar cukup lengkap seperti ada kamar mandi dengan air hangat, lemari, cermin, meja kursi tamu, dan cemilan-cemilan kecil di atas meja.

Untuk makanan, seperti biasa, memuaskan dari segi menu dan rasa. Nggak khawatir kelaparan pokoknya.

Malam pertama ada kakak-kakak yang ikut menginap dan kami masih muat berlima di satu kasur. Saya baru mengabari kakak yang lagi piknik di Yogya. "Kak, ibu sudah melahirkan..." tulis saya di Whatsapp yang baru dibaca beberapa jam kemudian. Rupanya dia juga udah tau, mungkin dikasih tahu suami duluan.

Bayi diambil dua kali sehari untuk dimandikan dan dikontrol, selebihnya rooming in dengan ibu. Karena BBLR, dokter anak visit dua kali untuk memastikan bayinya sehat dan normal.

Harga tarif paket kamar Madura ini mulai 8-13 juta untuk partus normal dan menginap 3 hari 2 malam. Karena melahirkan keempat ini sudah nggak dicover kantor, saya pakai fasilitas BPJS kelas 1 + guarantee letter untuk kelebihannya.

Syukur alhamdulillah diberi kemudahan rezeki mulai potongan fee dari dokter yang baik, tidak adanya komplikasi lain-lain baik dari ibu dan anak, sehingga setelah dikurangi coverage BPJS, nambah biaya sendirinya nggak sampai 5 juta.

RSIA Melati Husada
Pulang dalam keadaan sehat dan bahagia. Kami juga dapat suvenir bantal guling, sekantong perlengkapan perawatan tali pusar, dan surat keterangan lahir.

Satu kata aja untuk keseluruhan proses ini: Alhamdulillah.
Next Post Previous Post
17 Comments
  • Husnul Khotimah
    Husnul Khotimah 8 Desember 2023 pukul 13.41

    MasyaAllah... Barokallah Mbak.. ikut ngerasa lega karena semua serba dimudahkan, jadi mitos lahiran di usia 35 keatas nggak kebukti ya mbak... Lillahita'ala.. Selamat untuk bayi laki-lakinya, jagoan 4 mantab sekali, banyak yang jagain hihi.. Barokallah..

  • Nurul Sufitri
    Nurul Sufitri 8 Desember 2023 pukul 16.17

    Haiiii, mak Rella selamat ya atas kelahiran anak keempatnyaaaa :) Barakallah. Melahirkan di usia 35 tahun sih masih belum tua maupun ter,ambat ya. Salut deh dengan perjuangannya selama ini. Ternyata memang di Melati Husada ya karena sudah cocok ya. Kamar Madura udah lengkap banget fasilitasnya jadi nyaman ya.

  • Lintang
    Lintang 8 Desember 2023 pukul 22.47

    Jadi keinget yang kita masih pada order pastry eh ditinggal lairan kan wkwkk. Udah kaya cuma maen ke warung sebelah, “ee gw lairan dulu yak. Pastry masi di oven noh!” ahahaha.
    Emang sii kata orang2 yang susah malah lahiran anak ke 3. Aku juga anak ke 2 dulu selow banget, tau-tau lahir aja. Ngga ada yang drama kaya yang pertama tuh bukaan 8 kaya kepala udah di ujung, rasanya setaun banget ke 10.

    Dannn yaaa samaaa, anak ke-4 uda kaga di cover kantor HAHAHAHA. Segini aja uda berasa jompo banget, waktu abis buat rapat ama ngopag wkwkwk.

  • Nanik nara
    Nanik nara 9 Desember 2023 pukul 03.55

    Alhamdulillah, walau sempat opname saat hamil, proses selanjutnya lancar ya mbak sampai lahiran. Eh malah tahu-tahu udah bukaan 8 pula tanpa banyak drama kontraksi.

  • Nathalia DP
    Nathalia DP 9 Desember 2023 pukul 06.13

    Masya Allah... Alhamdulillah ya dikasih kehamilan dan proses persalinan yang lancar... Sehat terus semuanya... Mantap 4 anak laki-laki :)

  • Shiva
    Shiva 9 Desember 2023 pukul 06.52

    Wah selamat ya mbakk atas kelahiran puteranya, MasyaAllah di luar dugaan meski udah melalui 3 kali proses lahiran, ada aja bedanya... tiba-tiba udah bukaan 8, udah mau melahirkan.. bener-bener kuasa Allah semuanya ya.. semoga semangat menyusuinya, lancar dan sehat ibu dan bayi aamiin..

  • lendyagassi
    lendyagassi 9 Desember 2023 pukul 12.14

    Ikut merasakan deg-degan pas kamu cerita bagian dari mules masih baking, Rel..
    STRONG piissaaan..
    MashaAllaa~

    Allah bener-bener memiliki rencana terbaik yaa..
    ...aand welkaaam to the world, baby sholiih..

    Sungguh ku ingin tuker ulekan ama dirimu, shay..
    Andaikan deket yaah..

    Barakallahu fiikum atas kelahirannya yang lancar, sehat dan penuh keberkahan.
    Semoga sehat-sehat teruuss dede bayi yang gantengs.

  • Suciarti Wahyuningtyas (Chichie)
    Suciarti Wahyuningtyas (Chichie) 9 Desember 2023 pukul 14.12

    Waaahhh... selamat ya mak untuk kelahiran putra keempat, insya si dedek bayi selalu sehat ya. Alhamdulillah lahirannya lancar ya, semangat mengasihi walau sekarang sudah masuk Mpasi ya.

  • Jiah Al Jafara
    Jiah Al Jafara 9 Desember 2023 pukul 18.02

    Wa, jagoan semua anaknya. Alhamdulillah

    Aku pribadi mikir hamil usia 30-an memang beda. It's okay sih asal sehat-sehat aja. Pilih tempat dan dokter kandungan yang dukung pasiennya ini juga penting. Jadi bisa nyaman selama kehamilan sampai lahiran

  • Eri Udiyawati
    Eri Udiyawati 9 Desember 2023 pukul 22.18

    Masya Allah, luar biasa, Mbak. Allah memang sebaik-baik perencana. Mau usia berapa pun, kalau Allah sudah berkehendak, ya jadi.

    Alhamdulillah semuanya lancar ya. Gak ada masalah. Ikut deg-degan juga sih saya bacanya. Dan ya, 4 laki-laki. Komplit dah. Jadi Mba itu jadi wanita tercantik di keluarga. Hehehe.

  • Rahmah 'Suka Nulis' Chemist
    Rahmah 'Suka Nulis' Chemist 9 Desember 2023 pukul 23.17

    Semangat Mak
    Aku anak tiga saja sudah maasyaa Allah
    Ini empat wow wow banget bahagianya
    Semoga dimudahkan dalam merawat anak anak ya Mak

  • Uniek Kaswarganti
    Uniek Kaswarganti 10 Desember 2023 pukul 00.05

    Alhamdulillah, semua lancar ya mbak. Senang sekali baca kisahnya, dimudahkan dalam melahirkan. Selain sudah pengalaman melahirkan, memang Mbak Rella sudah siap secara lahir dan batin, sudah lebih tenang juga ya mbak.

  • Dee_Arif
    Dee_Arif 10 Desember 2023 pukul 16.38

    Akhirnya, nongol juga cerita jagoan keempat. Asli kiyowo banget tiap lihat postingannya di sosmed
    Alhamdulillah, semuanya dimudahkan ya mbak
    Mamanya tetap jadi yang paling cantik di rumah

  • Hikmah Khaerunnisa
    Hikmah Khaerunnisa 11 Desember 2023 pukul 16.15

    Wah Barakallah mba.. perjuangan ibu memang luar biasa.. hamil dan melahirkan diatas usia 35tahun memang rentan yaa.tapi mba bisa melewatinya dengan baik. Selamaattt

  • Witri Prasetyo Aji
    Witri Prasetyo Aji 14 Desember 2023 pukul 11.53

    Selamat ya Mak atas kelahiran anak ke 4 nya, semoga jadi anak Sholeh, pinter, pokoknya doa terbaik buat Mak sekeluarga. Btw Mak, lahirannya lancarrrr, tahu2 sudah buka 8. Sekali lagi selamat ya Makk...

  • Hana Aina
    Hana Aina 14 Desember 2023 pukul 17.11

    Masya Alloh Tabarokalloh. Selamat atas kelahiran anak ke-4, Mak. Meski agak telat ngucapinnya, hehe. Alhamdulillah, lahirannya lancar. Semoga sehat-sehat selalu.

  • Nunung
    Nunung 14 Desember 2023 pukul 17.19

    Waah selamat ya melahirkan anak keempat. Waah ketiga anak lahir di tempat yang sama yaa.

    Aku jg melahirkan anak ketiga di usia 38. Rawan juga sebenarnya. Tapi alhamdulillah aman dan sehat meski harus sesar

Add Comment
comment url