Krisis Air pada Hari Pertama Puasa

The winds of the trees praise your glory for the coming of a thousand months. Happy Ramadhan, happy fast worship, apologize and unseen.

hari pertama puasa

Hari pertama puasa biasanya semua serba istimewa, baik dari persiapan maupun hidangan-hidangan yang tersaji di meja makan. 

Tapi, hari pertama puasa saya sedikit getir. 

Di akhir bulan Maret kemarin, tiba-tiba ada pengumuman di WAG RT yang bunyinya, "Diberitahukan bahwa tandon II yang meliputi RT xx, xx, xx, xx,  dan xx akan mengalami perbaikan mulai tanggal 1 April sampai selesai. Diperkirakan butuh waktu sekitar 3-4 hari." 

Kebayang, kan, betapa hebohnya ibu-ibu se-RT (dan mungkin WAG RT lain juga) karena pemberitahuan yang kurang menyenangkan ini. 

"Mau puasa kok air mati?" 
"Gimana, nih, ibu-ibu masak ama nyuci? 4 hari lho, Bu!"
"Hoalaah, kok, ya nemen. Mau puasaan airnya mati, mana nanti kita perlu buat bolak-balik wudhu."

Yaa kira-kira seperti itulah isi keributan di dalam WAG. Lumrahnya sih mengeluh ya, entah apa yang di pikiran ibu-ibu yang diam saja nggak ketahuan reaksinya. Mungkin mereka bergerak cepat nampung air tanpa banyak bicara. Malangnya, keran air sudah mulai macet di tanggal 31 Maret, aliran airnya keciiilll bahkan beberapa rumah yang satu gang udah nggak keluar sama sekali airnya. 

Kalau sudah gini yang pasti urusan kerumahtanggaan jadi buyar, kan. Cuci piring sareukseuk karena air kerannya kecil banget, nyuci tangan nggak bersih, nyuci piring nggak bersih. Mau nyuci baju jelas airnya nggak akan kuat naik ke selang mesin cuci. Mau masak juga bingung karena pasti banyak perabotan yang dibutuhkan dan potensi cucian numpuk. 

Ketiadaan air belum sehari aja sudah rempong, maszeehh...
Karena biasanya komplek kami aman kalau soal air, punya tandon sendiri untuk kebutuhan satu komplek. Thus, harga bulanannya pun murah, nggak pernah lebih dari 50rb. Pemeliharaan gini tidak terjadi tiap tahun juga, sih, tapi tiap kali terjadi ya tetap aja repot. 

Nggak bayangin kalau tinggal di tempat yang memang secara reguler kesulitan air. Dikasih ujian begini aja aku sudah serba nggak mood.  

Dalam keadaan krisis begini, sebagai emak rumah tangga harus berpikir cepat. Bagaimana rumah dan keluarga bisa tetap bersih dan higienis dengan keterbatasan air bersih. 

Upaya Mengatasi Krisis Air dalam Rumah Tangga

Sedikit beruntung, meski letak rumah saya berada di jalan menanjak, posisi pipa air lebih rendah jadi kadang masih ada aliran air keciiilll yang keluar dari keran. Nggak bisa dipake apa-apa sih kalau dari keran langsung, tapi kalau ditampung di jolang lumayan lah beberapa jam kemudian jolangnya penuh. 

Kemudian hal-hal lain yang saya lakukan saat air terbatas, antara lain:

1. Prioritas 

Karena sumber daya terbatas, kita harus beri urutan penting air digunakan buat apa. Misal yang utama adalah untuk kamar mandi dan bersuci dulu, maka urusan lain jadi bukan prioritas semisal siram tanaman atau ngepel. 

Konsekuensinya, ya tahan dulu rumah belum sempat dipel atau sprei masih di keranjang cucian. Kebutuhan mandi dan hajat itu kan bisa sewaktu-waktu datang, jadi hemat-hemat dulu airnya buat kebutuhan yang utama ini. 

2. Strategi Pemakaian Perabotan 

Perlu strategi juga nih biar cucian piring nggak menumpuk. Karena sekali sesi makan aja ada 5 piring yang dipakai, dua kali jadi 10, belum piring sajinya. Kalau saya jadi pakai kertas nasi untuk alas makan, lumayan lah piring alasnya jadi bisa dipakai ulang dan di wastafel tinggal perabotan masak aja yang kotor. 

3. Tampung Air 

Tampung air kapan pun dia nyala. Walaupun sedikit-sedikit tapi bisa dikumpulkan sepanci dua panci. Bisa buat cuci piring atau sikat gigi. 

Untuk menampung air keran, saya pakai galon-galon air mineral yang sekali pakai itu tuuhh... Kemarin-kemarin saya ngomel karena banyak galon kosong yang jadi sampah, akhirnya sekarang ada fungsinya. Lumayan lah, bisa nampung 5 galon @15 liter, ditambah 2 galon isi ulang @19 liter, dan 2 jolang. 

Disclaimer dulu, rumah saya nggak pakai bak mandi dan kami nggak punya toren yah. Jadi nampungnya dengan cara seperti ini. 

Cara lain, tampung air hujan di panci atau ember, taruh di luar. Ini lumayaann banget bisa dipakai untuk siram-siram tanaman, ngepel, dan bersihkan halaman. Buat kami yang punya hewan peliharaan, bebersih kandang bisa memakai air ini. Atau bawa satu panci ke dalam rumah untuk bilas-bilas piring kotor. 

4. Jaga Makanan 

Ada hubungannya susah air dengan jaga asupan makanan? Tentu saja adaaa... Sekalian lagi bulan puasa juga sih ya, kami cenderung 'clean eating' tipis-tipis. Jadi menjaga tidak mengonsumsi yang pedes-pedes, santan, atau apa saja yang bikin mules atau beser. Dengan begini, frekuensi ke kamar mandi juga bisa terkontrol dan air bisa dihemat. 

Dari sisi masakan juga begitu. Atur bahan masakan yang nggak butuh banyak mencuci, semisal tempe-tahu-telur yang bisa langsung dimasak. Kalau bisa ya jangan makan ikan dulu, kan mengolah ikan butuh air bersih yang mengalir. 

Beli makan sih paling praktis ya. Tapi yah menyesuaikan ajalah sama keadaan. 

5. Sholat ke Masjid 

Yaaa, ini strategi emaknya ke anak-anak, hihi. Wudhu sekalian di masjid mumpung lagi Ramadan juga kan pahalanya besar kalau sholat jamaah di masjid. Jadi airnya hemat, pahalanya dapat. 

Yah, meski nggak betul-betul krisis banget yang sampai kekeringan (naudzubillah ya, jangan sampai ke masa itu), momen ini anggap jadi muhasabah diri aja pas di bulan Ramadan. Belajar berhemat, belajar bijak menggunakan nikmat sumber daya alam yang Allah kasih berlimpah. 

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url