Anna Soemarmo: Growth Mindset untuk Survive di Era Digital

Menarik sekali pada acara puncak Konferensi Ibu Pembaharu (KIP), hadir Anna Maria Marieta, seorang perempuan diaspora yang bekerja di Google.Inc. Anna akan berbagi pengalaman dan pemikiran dalam sesi Perempuan di Era Digital. Ini bukan hanya soal perempuan di ranah digital, tapi juga tentang perempuan dengan strong-driven, mengenal dirinya sendiri, dan memiliki growth mindset.  

Konferensi Ibu Pembaharu
Bertepatan dengan Hari Ibu, tanggal 22 Desember, Anna mengajak kita untuk memiliki growth mindset, yang merupakan bekal perempuan survive di era digital. Talkshow diawali oleh ice breaking dengan pertanyaan seperti ini:

Jujur saja, saya bingung mengisi ruang kerja apa yang paling nyaman untuk perempuan. Dulu mungkin saya membayangkan tempat kerja yang keren, fleksibel, dan berada di antara perempuan-perempuan hebat. Tapi setelah saya berkecimpung di dunia kerja, baru menyadari nggak ada tempat yang benar-benar nyaman untuk perempuan. But ya, anyway, selalu ada konsekuensi dalam setiap pilihan.

Figuring Out What You Want

Selanjutnya pertanyaan bergulir ke siapa wanita yang menginspirasi, lalu super power apa yang diinginkan. Most of us menjawab ingin membelah diri, so mom banget yaaa.. Pasti karena jadi ibu itu banyak banget role-nya, makanya realistis saja, pada pengen membelah/menggandakan diri.

Kalau saya sih, tetap memilih teleportasi so i can juggling at many places fast. Lalu memilih invincible, bukan mau lari dari masalah tapi sesekali aku ingin menghilaaanggg, hihihi.

Pekerjaan Bu Anna sebagai Head of Retail&Payments Activation berhubungan dengan digital payment, keren banget deh… I always have respect to a dynamic woman.


Bu Anna punya prinsip, if you are fearless, the opportunity becomes limitless. Berani aja, lakukan yang terbaik dengan bangga dan percaya diri. Bener-bener profil perempuan yang progresif yaaa. 

Bu Anna juga cerita apa saja yang menyenangkan kerja di Google, well… seperti yang sudah kita perkirakan sih kerja di Google tuh memang benar-benar fun. Ada katering tiap hari jadi makan terjamin, punya barista sendiri yang bisa menyediakan kopi-kopi enak, ability to connect with humble leadership, teman-teman kerja dari berbagai regional, dan masih banyaklagi. 

Tapi, di balik semua kenyamanan dan kesenangan, kerja di Google itu menguras otak banget. Bu Anna sendiri mengakui, pekerjaannya challenging banget, di mana beliau harus berhadapan dengan banyak orang pintar yang tidak mudah di-manage. 

Smart is Not Enough


Being smart is not enough. Why? 

Dalam dunia profesionalisme maupun menghadapi permasalahan hidup, perseverance jauh lebih penting daripada kepintaran. 

Perseverance is ketekunan. 

Ketekunan lebih bisa menyelesaikan masalah daripada kepintaran. Seorang yang tekun akan mengulik dan mencari tahu masalah dan memikirkan solusinya.
Jika hanya pintar, kita belum tentu bisa berpikir out of the box, mengeluarkan ide baru yang segar, dan tidak menjamin punya kemampuan untuk bermimpi yang besar. Orang pintar juga belum tentu bagus dalam me-manage masalah dan komunikasi.

Jadi ya tentu saja, pintar itu bagus, tapi tidak cukup. Ada banyak faktor-faktor kesuksesan dan kerja keras yang dilakukan. Yes, as hard as it is. 

Growth Mindset 

Sukses itu juga berhubungan banyak dengan pikiran kita. Kita harus bisa mengubah fix mindset menjadi growth mindset. Di mana kita bisa merasa bangga belajar sesuatu yang baru, belajar dari kegagalan yang kita coba. 

Bahkan Bu Anna sendiri merasakan perempuan harus bekerja lebih keras untuk berada di puncak manajemen. Tapi ya begitu, belajar saja dengan giat. Jangan membandingkan diri dengan orang lain. Setiap orang sedang lari sprint, punya track sendiri-sendiri.

Dalam ilustrasi ini, cobalah mengubah mindset dari yang kiri menjadi kanan. Begitu caranya kita bisa survive dan sukses menaklukan zaman digital. 



Bu Anna berpesan, sukses itu dimulai dari diri kita percaya kita bisa melakukan banyak hal. Jangan menyerah untuk mencoba dan berusaha, coba ubah mindset-nya. Dengan growth mindset, kita harus sadar bahwa kita bisa belajar dari kesalahan kita. Kita bisa improve dnegan bekerja lebih keras. Tidak menyerah, dan punya kemauan untuk menampilkan yang terbaik dari diri kita. 

Kita nggak bisa kontrol apa yang orang bilang tentang kita, tapi bisa kontrol pekerjaan kita. Rajin-rajin self reflection, berusaha memberikan yang terbaik dalam menghadapi tantangan. 

Menanamkan Growth Mindset untuk Anak

Growth mindset ini juga berguna untuk anak-anak, ini ada 8 strategi untuk menciptakan mindset jenius untuk anak-anak. 

Sering-sering ajak anak diskusi. Proses juga penting, tidak hanya result. Kenalkan anak dengan banyak aneka kecerdasan, supaya eksposurnya lebih luas. Value mistakes, ajak diskusi untuk belajar dari kesalahan tersebut. Again, genious is a behaviour...ketekunan dan etos kerja. 

Bantu juga anak-anak untuk berani ambil risiko, mungkin jangan dialem dan diberi bemper terus kali ya.    

Sukses, Dimulai dari Mana? 

Self reflection. 
Di Google, empat stages ini dapat membantu para perempuan menentukan kesuksesan seperti apa yang kita mau. 


Banyak orang ingin menjadi sukses, tapi mereka tidak tahu apa yang mereka mau, padahal ini penting. Kita perlu bertanya pada diri sendiri, ada di stage mana kita? Setelah refleksi dan mengamati, kita bisa mulai dari small-small steps untuk punya kemudian mencari mentor untuk belajar. Baru deh, bergerak dilaksanakan dengan sejumlah tolok ukur kesuksesan sendiri. 

Langkah pertama memang susah, tapi kesananya kita akan banyak belajar dan memetik banyak kesempatan dari situ. 


Pesan Bu Anna buat para Ibu Pembaharu:  JUST BE BRAVE! 
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url