Nanang Suherman, Sosok Anak Baik di Balik Ayam Goreng Nelongso

Ayam goreng adalah salah satu kuliner favorit masyarakat sepanjang masa. Sebanyak apapun warung ayam goreng, animonya selalu luar biasa. Tentu saja karena ayam adalah bahan pangan yang mudah didapat dan cocok dengan selera masyarakat dari semua kalangan.

Termasuk juga dengan kehadiran Ayam Goreng Nelongso di kancah perkulineran di Malang Raya. Siapa coba arek Malang yang belum pernah lihat papan kedai Ayam Goreng Nelongso, wah pasti ketinggalan banyak nih.


Bahkan baru-baru ini Ayam Goreng Nelongso buka gerai baru sekitar 2 km dari rumah saya di Kabupaten Malang, jadi jujukan orang-orang saat buka puasa kemarin, lho. Kebetulan tempatnya outdoor jadi lebih terasa adem dan syahdu menikmati gurihnya ayam goreng, bebek goreng, dan aneka macam sambal dan lalapan.

Dibukanya gerai Ayam Nelongso yang kesekian ini menandai kiprahnya sebagai tempat makan ayam goreng yang disukai masyarakat. Ada banyak alasan kenapa harus coba makan di Ayam Nelongso, antara lain rasa yang tidak main-main, daging ayam yang empuk, aneka sambal yang bisa ambil sendiri, dan sudah pasti harga yang merakyat alias sangat terjangkau.

Saat ini, Ayam Goreng Nelongso telah melebarkan sayapnya ke kota-kota besar seperti Surabaya, Bandung, Yogyakarta, dan Denpasar. Total sudah ada 71 gerai Ayam Goreng Nelongso yang buka di banyak tempat, dengan gerai terbaru buka di Purwosari (24 Juni 2021).


Penasaran nggak sih, siapa sosok bertangan dingin di balik kesuksesan bisnis kuliner rakyat ini? Jangan terkecoh dengan nama Nelongso, meski nama adalah doa, tapi nelongso adalah bagian dari jatuh bangunnya sang owner membangun usahanya sampai dengan di titik ini.

Yuk mengenal Nanang Suherman, sosok anak baik di balik suksesnya Ayam Goreng Nelongso.

Nanang Nelongso, si Anak Baik

“Nama itu adalah doa mas, tetapi nama Ayam Goreng Nelongso selalu mengingatkan saya ketika masa susah dulu dan menjadikan diri saya supaya tidak sombong”.

Nanang Suherman lahir di Probolinggo, 5 Januari, 34 tahun silam. Meski penampilannya sering dikira warga keturunan, Nanang asli berkebangsaan Indonesia, kok.

Menghabiskan masa kecilnya di Jawa Timur di tengah-tengah keluarga yang sederhana, Nanang memiliki tekad kuat dalam meraih mimpi-mimpinya sedari kecil yang senantiasa diaminkan ibunda tercinta. Salah satu berkah pertama yang mesti disyukuri adalah adanya ridho orang tua untuk membebaskan anaknya bermimpi setinggi-tingginya.

Untuk menyambung hidup semasa kuliah di Malang, ia sempat berjualan koran di perempatan lampu merah di daerah Gajayana. Dengan kerja kerasnya, saat itu ia berhasil memiliki 3 kios koran meski kemudian bangkrut karena tergilas zaman.

Nanang kemudian bekerja di sebuah toko komputer. Kinerjanya sangat baik hingga ia bisa menyelesaikan beberapa proyek dari kantor pemerintahan, dan bisa menyelesaikan kuliahnya sampai akhir. Toko komputernya terpaksa harus tutup karena satu dan lain hal.

Selepas kuliah, Nanang diterima bekerja di bank. Sebuah kabar menggembirakan bagi orang tuanya di kampung, memiliki anak yang berhasil kuliah dan mendapat pekerjaan yang cukup bergengsi. Namun jiwa bisnis Nanang rupanya lebih memanggilnya untuk berkecimpung dalam bisnis jual beli besi tua, seperti yang dilakukan kerabat-kerabatnya yang sukses dengan cepat melalui bisnis ini.

Bisnis ini memang menjanjikan tetapi juga memerlukan pengorbanan yang tidak sedikit. Saat sudah menikah dan dikaruniai anak, Nanang masih berjuang dengan utang-utang usahanya hingga mencapai 1.5 miliar. Kalau saya nggak pernah terbayang punya utang sebegitu besarnya, tapi lain hal dengan Nanang yang punya jiwa bisnis yang kuat.

Pengalaman menyakitkan sampai harus mengalami ditagih-tagih debt collector sampai babak belur, tidak lantas membuat Nanang patah arang. Ia bertekad untuk menyelesaikan utang-utangnya dengan berdiri tegak kembali, merengkuh serpihan semangat dan tabungan semasa bisnis besi tua, ia mencoba berbagai bisnis untuk menutupi utang-utangnya.

Titik Balik Hidup Untuk Kesuksesan Selanjutnya

Di fase ini Nanang mendapatkan hidayah titik balik, bertekad di hadapan anak istrinya bahwa ini adalah utang terakhirnya. Ia kapok dengan segala kesusahan yang ditimbulkan karena sebuah utang.

Benarlah kalau orang sukses itu mentalnya baja. Jatuh bangun dengan kegagalan berkali-kali, Nanang tetap optimis dengan hidupnya. Tidak ada istilah mengeluh karena kenelongsoan, yang ada itu menjadikannya sebagai pribadi yang lebih kuat dan mengasah mental enterpreneurshipnya.

Memulai kembali usahanya dari nol, Nanang banting setir ke dunia kuliner, menjual ayam dan bebek goreng di gerobak. Ketidaksengajaan proses yang terjadi saat memasak menghasilkan resep bebek goreng yang justru disukai para pengunjung warungnya.

Dengan support dari sang istri dan semangat yang datang dari anak-anaknya, pelan-pelan brand Ayam Goreng Nelongso menanjak pamornya. Nanang bahkan sukses membeli tempat usaha dengan tunai hasil menabung sedikit demi sedikit dari awal usaha. Ayam Goreng Nelongso juga menyajikan aneka varian menu lain selain ayam-bebek seperti kulit crispy, dimsum, tumis sayuran, supaya pelanggan bisa memiliki alternatif makanan dan one stop meal di gerainya. 
ayam goreng nelongso

Instagram: @ayamnelongso 


Mengenai ikon kepala bebek yang mungkin sempat membuat pelanggan bertanya-tanya, “jualannya ayam, kok logonya bebek?”. Nanang tertawa kecil, ia hanya ingin mengabadikan logo buatan temannya itu sebagai saksi perjuangan hidupnya.

Sukses Ayam Nelongso, Ke-nelongso-an Masih Terjadi

Apakah selepas Ayam Nelongso, Nanang sudah terlepas dari kegagalan? Tentu saja semakin tinggi nyiur melambai, anginnya semakin kencang. Salah satu gerainya pernah ludes dilalap api hingga mengelami kerugian besar. Instead of nutup gerainya dan pindah, Nanang mendirikan kembali gerai tersebut di atas puing-puing dan buka kembali melayani pelanggannya.

Beneran mental pejuang banget Mas Nanang ini, ya.

Ketekunan dan kerja keras Nanang dengan Ayam Nelongso-nya menjadi buah bibir di kalangan masyarakat. Adanya warung ayam goreng yang bisa ambil sambal sepuasnya menjadi daya tarik Ayam Goreng Nelongso, selain tentu saja sebagai pemadam kelaparan kaum pelajar yang koceknya tinggal 5 rebu karena habis dibelikan kuota internet :))

Indonesia perlu sosok-sosok anak baik seperti Nanang Suherman ini. Sosok yang pantang menyerah dan tekun dalam meraih mimpi-mimpinya. Sukses selalu, Ayam Goreng Nelongso!
Next Post Previous Post
4 Comments
  • Ngopi Santai
    Ngopi Santai 1 Juli 2021 pukul 18.28

    ternyata kesuksesan yang diraih owner ayam nelongso ini cukup berliku... semangatnya patut dicontoh oleh generasi milenial...

  • fanny_dcatqueen
    fanny_dcatqueen 3 Juli 2021 pukul 21.55

    Mental baja, ga gampang menyerah, itu resep utama kalo mau jadi pengusaha sih :). Karena godaan dan cobaannya ga ringan. Sekali jatuh, tapi lgs menyerah, mendingan jadi pegawai aja :D.

    Saluuut Ama mas nanang ini. Semoga aja ayam gorengnya bisa sampe JKT juga , jadi aku bisa nyicip ;)

  • Santi Suhermina
    Santi Suhermina 3 Juli 2021 pukul 22.45

    Semangat ndableg pantang menyerah nih yg bikin sukses. Apalah saya yang gampang baper. Huhu..

  • Rani Oktapiani
    Rani Oktapiani 18 Juli 2021 pukul 19.04

    Inspiratif banget, semoga bisa menyusul suksesnya

Add Comment
comment url