Sugar Rush, Sugar Crash, dan Mood Emak-emak yang Naik Turun
Pernah ngalamin ini? Lagi lemes, terus ngopi pakai 3 sendok gula. Eh, setengah jam kemudian tiba-tiba jadi super semangat, kayak baru dikasih bonus THR. Tapi nggak lama, energi langsung jeblok, badan lemes, mood anjlok, dan kepala cenat-cenut. Yup, selamat datang di dunia sugar rush dan sugar crash!
Secara sederhana, sugar rush adalah lonjakan energi yang kita rasakan setelah konsumsi makanan tinggi gula. Tubuh kayak dapet suntikan semangat instan. Tapi efeknya nggak tahan lama. Begitu kadar gula darah mulai turun (terkadang malah anjlok drastis), kita mengalami sugar crash: jadi lemas, gampang marah, susah fokus, dan ngerasa butuh “tambahan manis” lagi. Siklusnya muter kayak sinetron, ujung-ujungnya capek sendiri.
Yang menarik, gula ternyata nggak cuma berpengaruh ke fisik, tapi juga ke suasana hati. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi gula berlebih bisa berkontribusi pada perubahan mood, bahkan dalam jangka panjang bisa terkait dengan peningkatan risiko depresi dan kecemasan.
Terus kenapa kita doyan banget makanan manis? Jawabannya ada di otak. Gula memicu pelepasan dopamine, zat kimia yang bikin kita merasa senang dan puas. Sayangnya, otak kita jadi gampang “ketagihan” sensasi itu, apalagi kalau sedang stres atau kurang tidur, dua kondisi yang bikin kita makin rentan craving.
Apa itu Sugar rush dan Sugar crash?
Kenapa Kita Craving Gula Saat Stres?
Ada alasan biologis dan psikologis kenapa kita cenderung mencari yang manis-manis saat sedang capek atau jenuh.
-
Gula = Reward instan.Gula cepat diubah jadi energi dan merangsang pelepasan dopamin, zat kimia yang bikin kita merasa senang. Otak langsung berpikir: “Enak nih! Lagi stres? Tambah satu cokelat lagi, dong.”
-
Kurang tidur atau kelelahan fisikSaat kita kurang istirahat, tubuh mencari sumber energi cepat. Dan gula adalah pilihan instan yang gampang didapat.
-
Sarapan yang terlewat = gula jadi pelarianBanyak ibu rumah tangga atau ibu bekerja yang melewatkan sarapan karena sibuk ngurus rumah. Akhirnya, saat tenaga mulai drop, camilan manis jadi penyelamat darurat padahal efeknya sementara dan bikin kecanduan.
-
Stres emosi = craving meningkatRiset menunjukkan bahwa stres, khususnya stres kronis, meningkatkan keinginan kita untuk makan manis. Ini jadi semacam pelarian dari tekanan meskipun hanya sesaat.
Efek Jangka Panjang: Mood Berantakan, Energi Melempem
Kondisi ini bikin kita mudah tersinggung, cepat capek, dan susah fokus. Bahkan dalam jangka panjang bisa memengaruhi kesehatan mental—termasuk risiko depresi ringan hingga kecemasan.
Solusi Buat Emak-emak Sibuk
Tenang, ini bukan ajakan untuk hidup tanpa gula total (yang bahkan rasanya mustahil di rumah dengan stok biskuit dan kue ulang tahun sisa minggu lalu). Tapi kita bisa mulai dari langkah kecil yang realistis:1. Jangan Lewatkan Sarapan Walau Sederhana
Nggak harus nasi uduk komplit. Telur rebus dan pisang pun cukup. Yang penting perut punya “fondasi” sebelum diajak kerja rodi seharian.
2. Ganti Manis dengan yang Lebih Baik
Coba ganti teh manis dengan infused water. Rasa manis bisa didapat dari buah-buahan segar, madu alami (secukupnya), atau yoghurt tanpa tambahan gula.
3. Siapkan Cemilan Sehat
Potong buah, kacang-kacangan panggang, atau overnight oats bisa jadi penolong saat lapar tiba-tiba menyerang.
4. Tidur, meskipun 15 menit!
Istirahat sejenak jauh lebih efektif daripada dua sendok krimer manis di kopi. Power nap 10-15 menit bisa bantu reset energi dan mengurangi craving.
5. Sadari siklusnya
Semakin sadar bahwa “bad mood” atau craving ini dipicu gula, semakin mudah juga mengontrolnya. Catat kapan biasanya mulai ingin makan manis, apakah pagi karena belum makan? Sore karena capek? Lalu atur strategi cegahnya. Jangan sampai semua terlambat, obesitas, penyakit hati, kerusakan gigi, dan diabetes adalah contoh-contoh penyakit yang mengintai karena ketidakmampuan kita melawan keinginan terhadap gula.
Mengenal Ozempic sebegai Obat Diabetes
Kalau ada anggota keluarga atau kita sendiri sudah terkena diabetes, pasti sudah familiar banget dengan Ozempic. Ozempic adalah obat yang mengandung semaglutide, digunakan untuk membantu mengontrol kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2.
Cara kerjanya adalah dengan meniru hormon alami GLP-1 (glucagon-like peptide-1) yang membantu meningkatkan produksi insulin saat gula darah tinggi, mengurangi pelepasan glukosa dari hati, dan memperlambat pengosongan lambung. Kombinasi efek ini membantu menstabilkan gula darah, terutama setelah makan, dan mengurangi risiko komplikasi serius seperti penyakit jantung dan stroke. Ozempic biasanya digunakan bersama pola makan sehat dan aktivitas fisik teratur, bukan sebagai pengganti gaya hidup sehat.
Namun, penting diketahui bahwa Ozempic bukan obat untuk diabetes tipe 1 atau ketoasidosis diabetik, dan tidak boleh digunakan sembarangan. Obat ini diberikan dalam bentuk suntikan mingguan dan harus digunakan sesuai resep serta pengawasan dokter.
Meskipun efek penurunan berat badannya banyak menarik perhatian publik, terutama di media sosial, penggunaannya untuk tujuan estetika atau diet tanpa indikasi medis bisa berisiko. Efek samping yang umum meliputi mual, muntah, diare, dan kehilangan nafsu makan, namun ada pula potensi efek serius seperti gangguan pankreas atau saluran empedu. Maka dari itu, masyarakat perlu bijak dan mendapatkan informasi dari sumber tepercaya sebelum mempertimbangkan penggunaan Ozempic.
Gula Itu Manis, Tapi Hidup yang Stabil Lebih Manis Lagi
Karena hidup emak-emak itu berat. Tapi setidaknya, kita bisa menjalaninya dengan mood yang stabil, energi yang cukup, dan gula yang (akhirnya) nurut sama kita.