Perjalanan Tak Menyenangkan

galau di bus

Sepanjang hidup sampai usia ini, saya beberapa kali mengalami situasi perjalanan yang tak selalu mengenakkan. 

Meski saya menyukai perjalanan, dan Bapak kerap mengatakan, “jangan suka tidur di jalan, nanti banyak hal yang terlewatkan,” tapi khusus perjalanan-perjalanan tertentu, saya hanya ingin bisa memejamkan mata sejenak. Enggan memberi kesempatan diri ini berpikir macam-macam yang membuat duduk tak tenang dan gelisah berkepanjangan.

Bukan soal armada, bukan pula fasilitas perjalanannya. Tapi kenangan dalam perjalanan itu yang sering kali nggak bisa dilupakan, bahkan masih bisa dirasakan sampai sekarang. 

Perjalanan pertama

Ketika saya di kantor mendapat kabar bahwa sebuah kejahatan telah terjadi di rumah kontrakan kami. Saya langsung berlari pulang pakai taksi, sampai tak sempat minta izin atasan. Pikiran kalut dan terlampau khawatir membuat badan lemas dan gemetar sepanjang jalan.

Sekejap saya memutar ulang reka adegan yang diceritakan suami di telepon tadi; seseorang masuk ke dalam rumah lalu mencelakai ibu mertua, sementara bayi kami yang berusia 8 bulan ada di dalam kamar sendirian.

Terlalu ngeri untuk membayangkan kejadian selanjutnya, saya berusaha mengusir pikiran buruk dari benak yang berkecamuk ini. Perjalanan terasa lebih panjang untuk jarak yang biasanya ditempuh dalam 45 menit. 

Saat sopir taksi menanyakan soal tempat tujuan, saya tak langsung bisa menjawab karena mendadak pikiran kosong tak tahu harus ke mana. Samar-samar, saya mendengar suara serak diri sendiri menjawab, “Rumah Sakit Anna, gawat darurat.”

Perjalanan kedua

Saat anggota keluarga yang paling dekat dengan saya menutup usianya. Kali ini, dengan langkah terhuyung-huyung, saya meminta izin atasan untuk pulang duluan. Menembus puluhan kilometer sekadar untuk mengucapkan selamat tinggal di pusara kakek kami tercinta.

Roda bus menggelinding dengan lancar saat melewati jalan tol, selancar kenangan saya bersama Kakek yang menari-nari dalam pikiran. Sungguhpun dua tahun belakangan ini Kakek terduduk di atas kursi roda dan sudah tidak bisa bicara seperti dahulu, saya merindukan omelan judesnya. Sikap kerasnya pada kami saat lalai menunaikan sholat atau sedang malas ngaji, tak pernah kami anggap sebagai pemaksaan yang buruk.

Dulu kami tak tahan, berharap Kakek mau sekali saja membiarkan kami, hingga kini beliau benar-benar sampai pada waktunya untuk diam selamanya. 

Deraian air mata ini luruh tak terbendung sepanjang perjalanan di atas kursi bus Primajasa Jakarta-Tasikmalaya.

Perjalanan ketiga, 

Perjalanan yang juga tak pernah nyaman adalah setiap kali harus melepas suami bekerja di luar kota. Saat punggungnya hilang dari pandangan saya yang berdiri di depan pintu check in, ada separuh napas yang terasa ikut terbang bersamanya. Berat sekali rasanya membalikkan badan untuk melangkah pergi dan tak perlu menoleh ke belakang. Apa yang saya harapkan?

Sampai hanya tinggal helaan napas panjang dan lantunan doa saja yang menemani perjalanan saya. Melalui jengkal demi jengkal jalan, ingin cepat kembali pulang, berkubang dalam kenyataan. 

Yah, begitulah... 

Perjalanan hidup masih panjang, insyaallah. Semoga pengalaman dalam setiap perjalanan dapat selalu meninggalkan hikmah. 

Teman-teman juga punya pengalaman perjalanan yang tidak enak? Boleh cerita di kolom komentar yaaa... 
Next Post Previous Post
15 Comments
  • Mugniar
    Mugniar 30 Mei 2022 pukul 20.01

    Ya Allah, saya ikut merasa tak enak membaca pengalaman-pengalaman di atas, Mbak. Saya belum pernah mengalami perjalanan tak mengenakkan tapi kedua adik saya mengalaminya, sewaktu kedua orang tua kami meninggal, adik2 di kota berbeda tinggalnya. Saya yang tinggal bersama orang tua tak mengalami perjalanan itu.

    • Rella Sha
      Rella Sha 31 Mei 2022 pukul 15.55

      semoga perjalanannya selalu menyenangkan, Mbak Niar... :)

  • tantiamelia.com
    tantiamelia.com 31 Mei 2022 pukul 15.00

    Peluuuk...

    tentu saja, perjalanan mengantar pulang untuk selamanya ananda tercinta saat kecelakaan motor adalah pengalaman terburuk, dan bulan Februari 2022 kemarin ini, mengantar adik kandung yang paling kusayangi ke RS - tak kusangka itu kepergiannya yang terakhir :(

    Sungguh, Allah SWT jauh lebih memahami, ketika IA meminta salah satu berpulang, pastinya yang terbaik saja yang kita semua inginkan. Allahumaghfirlahu warhamhu waafihi wafuanhu

    • Rella Sha
      Rella Sha 31 Mei 2022 pukul 15.57

      Peluk baliikk...
      Memang menyesakkan, tapi sudah ketentuan-Nya. Doa terbaik untuk ananda dan adinda, ya.

  • Nanik nara
    Nanik nara 31 Mei 2022 pukul 22.36

    Perjalanan tak menyenangkan juga beberapa kali saya alami mbak, perjalanan yang terasa lebih lama dari yang biasa saya rasakan. Duduk gelisah karena nggak segera sampai tempat tujuan

  • Nurul Sufitri
    Nurul Sufitri 31 Mei 2022 pukul 22.56

    Turut berduka cita atas wafatnya kakek, kejahatan di rumah mbak. Apalagi kalau melihat punggung suami berjalan keluar rumah untuk bekerja demi keluarga, sedikit demi sedikit menghilang dari pandangan. AKu pun demikian mbak. Entah memang melow atau apa, yang jelas melihat suami dan anak2ku beraktivitas keluar rumah aja aku lihat dari pagar rumah sampai mereka menghilang sudah jalan.

  • Dee_Arif
    Dee_Arif 1 Juni 2022 pukul 08.57

    Ya Allah, aku deg deg an bacanya
    Apalagi kisah yang pertama, g bisa bayangin pas mbak Rella harus melalui perjalanan itu
    Ah, namanya juga hidup ya mbak
    Perjalanan memang g selalu menyenangkan
    Kita yang harus selalu siap buat menajalninya

  • lendyagassi
    lendyagassi 1 Juni 2022 pukul 11.36

    Membuka kembali memori perjalanan tak menyenangkan yang amat membekas di pikiranku adalah ketika perjalanan Bandung - Surabaya menggunakan penerbangan paling pagi bersama anak-anak karena dapat kabar Bapak masuk ICU. Dan tak lama sesampainya aku di Surabaya, kami tahu, itu saat-saat terakhir Babe (panggilan sayangku untuk beliau Rahimahullah) masih bisa mengetahui kehadiranku bersama Ai dan Hana (cucu perempuan yang Babe sayangi).

    Selebihnya, Babe dipaksa untuk bertahan dengan alat-alat medis yang membuat kami sesak. Dan pada akhirnya, Babe dinyatakan "pergi" pada jam 3 dini hari. Inna lillahi wa inna lillahi raji'un.

    In syaa Allah setiap yang datang akan hadir pula masa kepergiannya.
    Semoga bekal perjalanan kini bisa menjadi pegangan di akhirar kelak.

  • April Hamsa
    April Hamsa 1 Juni 2022 pukul 12.53

    Ya Allah mbak turut prihatin atas cerita2nya. Kadang dalam hidup emang gtu ya, ibarat sungai yang tadinya tenang, eh tiba2 muncul arus atau pusaran air :(
    Betul mbak, setiap apa yang terjadi pada kita pasti ada hikmahnya, semoga kita semua bisa menemukan ketenangan hati dan hikmah dari suatu peristiwa yg paling menyakitkan sekalipun aamiin.

  • Katerina
    Katerina 1 Juni 2022 pukul 14.52

    Saya pun merasa separuh nafas seperti ikut terbang setiap melepas suami berangkat keluar kota, walau kadang hanya 3 hari saja, seminggu, paling lama pernah 10 hari, tetap saja hati nelangsa. Padahal, kalau sudah tiba di tujuan, bisa telpon-telponan, video callan, tapi ya itu tadi, beda rasanya bila suami ada di sisi ya. Dulu masih belum kuat jika sedang ditinggal keluar kota, sekarang sudah biasa :)

    Semoga tiap perjalanan hanya ada kenangan indah ya mbak :)

  • Mpo Ratne
    Mpo Ratne 1 Juni 2022 pukul 15.19

    Perjalanan ini akan membuat hidup belajar bahwa waspada terhadap orang jahat. Perjalanan memang kalut tapi tetap harus konsentrasi untuk sampai ke rumah biar kita juga gak kenapa kenapa

  • Utie Adnu
    Utie Adnu 1 Juni 2022 pukul 20.58

    Pastinya ya mba Dan perjalanan itu harus Kita lalui kalau dikenang kadang Suka biking trisak Dan gàk bakalan Lupa...

    Tapi kalau melepas suami kerja ini kadang bikin hati galau taku terjadi apa2 intinya tawakal udah jalannya Kita harus melalui

  • Diah Kusumastuti
    Diah Kusumastuti 1 Juni 2022 pukul 22.51

    Ikut merasakan betapa sedihnya jika aku berada pada perjalanan-perjalanan di atas, Mbak.
    Aku pernah, saat perjalanan Solo-Surabaya, hampir selalu terisak, mengingat wajah orang2 yg aku tinggalkan di Solo. Mereka yg mendukungku penuh saat aku akan ke Surabaya. Kenangan2 bersama mereka dan kata2 motivasi mereka membuatku mewek :)

  • Husnul Khotimah
    Husnul Khotimah 3 Juni 2022 pukul 08.20

    Sampai sekarang, saya belum mengalami cerita yang begitu menyayat dan bikin dag dig dug, Alhamdulillah..

    Saat kita diberikan cobaan seperti ini, artinya hanya kitalah yang mampu menjalaninya.. semoga makin tebal iman dan sabarnya ya mbak

  • Faradila Putri
    Faradila Putri 6 Juni 2022 pukul 05.51

    Mbaaak Ya Allah yang cerita pertama bikin merinding. Bagaimana kondisi ibu mertua mbak? Terus siapa orang yang masuk? Ya Allah ngeri juga ya huhuhu.

Add Comment
comment url