Tentang Anak Sulung yang Pergi ....

quotes Hi Bye Mama

Sebenarnya, saya bingung mau menulis ini. Bingung mau memulai dengan kata-kata apa yang bisa menggambarkan perasaan yang bahkan dunia saja tak punya kata-kata untuk menjelaskannya. 

Saya bukan siapa-siapanya Eril, si pemuda yang hilang. Saya juga enggak kenal, dan enggak punya hubungan famili apa pun dengan keluarga Pak Gubernur. Tapi sejak Eril dinyatakan hilang di Sungai Aare, saya dan mungkin ribuan netizen lain terus ngikutin update perkembangan pencariannya. 

Meski informasi yang sampai ke sini hanya sedikit-sedikit dari media mainstream, saya ikut menghitung hari ... Berharap ada setitik terang kabar baik tentang Eril setiap kali membuka sosmed. 

Membalik suasana ceria jadi duka, pasti berat dihadapi keluarga. Terlebih, si sulung hilang di depan mata ibu dan adiknya sendiri dalam waktu sekelebat. Kaki siapa yang tidak lemas menyaksikan sosok penyelamatnya malah hanyut terbawa arus? 

Di hari Jumat (3/6) ini, hari kedelapan yang terasa lebih lama dari sebenarnya, keluarga menyatakan wafatnya Eril dengan ikhlas. Tentu tidak ada yang mudah bagi keluarga dan siapa pun untuk sampai pada pertimbangan ini. Bahkan kita yang bukan siapa-siapanya aja merasa belum siap dengan kenyataan ini. 

Ingin hati memeluk anak sulung tersayang bagaimana pun keadaannya, tetapi iman meneguhkan bahwa takdir adalah kuasa-Nya. 

Hari ini, sholat ghaib ditunaikan. Keteladanan dan empati telah menyatukan hati ribuan orang yang dengan sukarela mengantar Eril ke haribaan-Nya.   

Lantunan harapan dan doa turut dipanjatkan dalam hati para orang tua yang ikut remuk merasakan kehilangan keluarga ini. Jauh di lubuk hati kami yang paling dalam, kami ingin tetap berharap Eril baik-baik saja bak adegan-adegan film. Tapi siapalah kami yang masih menolak takdir, sementara sikap ketaatan dan tawakal justru ditunjukkan oleh keluarga yang ditinggalkan. 

Dari tulisan Bu Atalia dalam sosmednya kita belajar tentang lapangnya hati. Betapa pun badan terasa melayang dan hilang separuh napas, ridho seorang ibu adalah bekal mulia dalam kepergian seorang anak. 

Nggak ada yang nggak mewek baca ini meskipun hanya isak dalam hati. 

Kebayang, kan, mereka pulang ke rumah dengan dada yang sesak. Aroma kenangan menguar setiap nama si sulung disebut-sebut. Rumah yang seharusnya menyambut kedatangan keluarga lengkap, kini terasa dingin dan membisu. Kembali pulang dengan lubang di hati yang entah ada di mana dasarnya. 

Namun, dari tulisan sedih ini kita boleh bangga dengan sikap seorang ibu yang begitu tegar dalam mengimani bahwa penjagaan Sang Maha Pemilik lah yang absolut, sekalipun besarnya kasih sayang orang tua pada anaknya. 

Tentu enggak ada yang bisa menggambarkan rasa kehilangan orang tua pada anaknya. No parents should have to bury their child, kata King Theoden di LOTR. Rasa sakit yang kita sebagai penonton rasakan tentu enggak ada apa-apanya, juga seindah apa pun kata-kata penghiburan tak akan mampu menghapus kesedihannya. 

Kita cuma bisa mendoakan semoga hati dan jiwa dikuatkan, dan waktu akan memeluk hingga saatnya bertemu kembali. 

Syukur dan Iman ... 

Sekarang saya jadi tahu, kebesaran jiwa seorang ibu tidak muncul begitu saja. Ia perlu dilatih bertahun-tahun lewat rasa syukur dan keimanan. 

Rasa syukur ketika menghadapi ujian dari anak-anaknya.
Rasa syukur melihat anak-anak tumbuh sehat di tangannya. 
Rasa syukur atas apa pun keadaan anaknya. 
Rasa syukur ketika bisa melihat anak-anak ada di sampingnya, sekalipun kadang tak leluasa, tapi itulah hidup seorang ibu. 

Seketika kekesalan yang saya rasakan karena anak-anak makannya lama, atau kekecewaan karena prestasi akademik tidak sesuai harapan ya nggak ada apa-apanya dibanding ketika suara mereka tidak terdengar lagi di rumah selama-lamanya. Saya masih bisa dengan leluasa menatap wajah polos dan memeluk mereka meski 5 menit sebelumnya saya teriaki karena minta hp sebelum tidur. 

Syukur dengan iman adalah satu paket. Dimana saat dapat ujian hidup, kita bisa menerimanya sebagai hikmah tanpa mengatakan prasangka buruk pada Yang Memberi Ujian. 

Berbesar hati memang nggak semudah diucapkan, bahkan prosesnya panjang. Menerima baik buruknya takdir jalannya berliku, sehingga kalau tanpa iman dan rasa syukur, manusia cepat oleng dalam keterpurukan. 

Menyikapi Kehilangan ... 

quotes perpisahan

Setiap orang tua, bahkan setiap manusia pasti dan akan punya ujian kehilangannya masing-masing, entah berbentuk benda atau orang-orang tersayang. Saya belum mengingat-ingat, kehilangan mana yang paling besar saya rasakan, atau justru malah belum terjadi. 

Menyikapi sebuah kehilangan memang tidak memerlukan kata 'kalau', 'jika', atau 'seandainya'.  Semacam sunatullah, yang pasti akan terjadi, cepat atau lambat dalam kehidupan ini. Ia hanya perlu diterima, tanpa mempertanyakan.

Mungkin kita juga perlu melatih diri menghadapi kehilangan. Sebagai pengingat bahwa apa yang kita genggam di dunia ini ada pemiliknya sesungguhnya. Berusaha untuk melonggarkan keterikatan pada sesuatu sehingga pada waktunya melepaskan, kita punya jarak untuk mengikhlaskan. 

Next Post Previous Post
1 Comments
  • lendyagassi
    lendyagassi 4 Juni 2022 pukul 21.07

    Akhir-akhir ini pun kumerasa lemes, gak bergairah untuk melakukan hal-hal lain yang produktif, Rel..

    Banyak berita dan perkembangan yang aku cari terkait Eril. Pillow talk dengan suami dan berakhir pada sebuah perbedaan.

    Otak suami yang realistic sedangkan Aku yang mellow membuat semakin banyak spekulasi.

    Doaku untuk Ibu dan Bapak Gubernur beserta keluarga, Semoga Allah ringankan dan angkat kesulitan ini. Allah berkahi segala keikhlasan beliau Dan Allah gantikan dengan yang lebih baik.

    Wallahu'alam bishowab.

Add Comment
comment url